Sekitar tujuh permasalahan yang krusial dan masif masih mengakibatkan pencemaran di Sungai Citarum hingga ke anak-anak sungainya. Pembuangan limbah domestik ke aliran sungai menjadi masalah yang paling sulit untuk diatasi.
“(Permasalahan yang paling sulit) jelas limbah domestik. Bekas cucian sabun yang dibuang ke sungai. Jelas, kotoran tinja yang dibuang ke sungai,” kata Komandan Sektor 22 Citarum Harum Kolonel Asep Rahman Taufik di Lembang.
Menurut dia, di Sektor 22 Citarum Harum yang meliputi Bandung Barat (Lembang), Kabupaten Bandung (Cimenyan), dan sebagian wilayah Kota Bandung terdapat tujuh permasalahan pencemaran sungai. Jika dibiarkan, kata dia, maka dapat menjadi bencana dalam waktu mendatang.
Baca Juga:Sulit Aplikasikan Pembayaran Non TunaiLubang Biofori Jumbo Solusi Mengurangi Genangan Air Hujan
“Yang pertama tentunya perilaku masyarakat terkait perubahan paradigma mengenai lingkungan yang masih kurang. Permasalahan berikutnya, lahan kritis yang perlu segera ditindaklanjuti dengan penanaman pohon. Lahan kritis itu ada 1.900 hektare yang terhampar di Kecamatan Cimenyan,” katanya.
Permasalahan berikutnya, lanjut dia, yaitu limbah kotoran sapi, sampah, maupun limbah industri yang dibuang ke aliran sungai. Berbagai permasalahan tersebut, terang dia, akhirnya mencemari 8 anak sungai, 46 cucu sungai, dan 102 cicit sungai yang mengalir ke Citarum.
Terkait dengan permasalahan limbah domestik, dia mengaku belum melakukan survei untuk wilayah Lembang dan Cimenyan. Akan tetapi, di Kota Bandung terdapat hasil survei yang menyebutkan bahwa sekitar 26.000 kepala keluarga belum memiliki septic tank.
Akibatnya, diperkirakan sekitar 35 ton tinja manusia terbuang ke sungai. “Di Lembang dan Cimenyan, saya belum melakukan survei, tapi kondisinya masih sama, bahwa warga masih membuang limbah domestik ke sungai. Itu sangat berbahaya apabila tidak ditangani,” ujarnya.
Untuk mengatasi permasalahan limbah domestik itu, Asep menyatakan bahwa Pemkot Bandung telah memberikan dukungan untuk pembuatan septic tank komunal di Gegerkalong buat 120 kepala keluarga, di Panjunan buat 80 kepala keluarga, dan di Maleer buat 77 kepala keluarga.
“Pemkot Bandung juga membangun septic tank komunal yang sumber anggarannya dari IDB, Kotaku, dan Sanimas. Itu sudah saya monitor, datanya ada di angka 18 lokasi. Maka, dari 26.000 kepala keluarga, sudah sekitar 0,5 persen teratasi buat limbah domestiknya,” katanya.