Oleh : Taswa Witular, S.IP
Wakil ketua Dewan Pendidikan Kab. Subang
Ditemukannya rahasia operasional bilangan binner yang menciptakan kalkulator dianggap sebagai cikal berkembangnya komputerisasi hingga saat ini. Dalam dunia bisnis , Di rumah, dalam bidang kesehatan, dunia antariksa hingga dunia pendidikan disatroni kemajuan ini. Revolusi pada bidang pendidikan dan pembelajaran terus berubah. Jaman dulu orang tua menitipkan anak kepada seorang guru, sehingga muncullah istilah guru. Saat ini kita mengenal berbagai istilah yang berkaitan dengan era digital; e-learning, e-book, dll.
Hasil penelitian Francis M. Dwyer menyebutkan bahwa setelah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10 %, pesan audio 10 %, visual 30 % dan apabila ditambah dengan melakukan, maka akan mencapai 80 %. Berdasarkan hasil penelitian ini maka multimedia interaktif (user melakukan) dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam membantu proses pembelajaran. Terjadi pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan dari yang semula berorientasi pada guru menjadi berorientasi pada siswa. Beberapa satuan pendidikan yang ada di Kota besar sudah mulai menerapkan Teknik penyampaian pembelajaran yang dikenal dengan identitas ‘teknologi pembelajaran’. Tidak akan berlangsung lama lagi, di Subang pun pasti menggunakan teknik serupa. Kemajuan yang patut kita syukuri. Namun kemajuan tersebut tidak akan selalu membawa dampak positif. Inovasi pembelajaran sangat mudah dan menjadi perhatian banyak pihak, berbeda dengan inovasi pendidikan karakter.
Baca Juga:Tak Ada Kontribusi ke Pemda, Solusi Bupati untuk Tiga BUMD DitungguArea Tol Cipali Akan Ditanami 6.000 Pohon
Pembaca yang berbudi, persoalan yang menyertai era digital adalah bahwa guru – guru saat ini yang aktif mengajar merupakan produk generasi non milenial. Butuh penyesuaian keahlian dan butuh kemampuan memandu siswa sehingga apa yang menjadi misi melalui proses pembelajaran digital dapat dicapai. Guru dituntut mampu menjadi pendamping yang mengasyikan bagi setiap siswa dengan keunikan karakter tersendiri, berbeda pada saat belajar mengajar sebelumnya.
Persoalan lain dari perubahan paradigma baru ini yakni berisiko menjauhkan anak dari nilai-nilai luhur. Perubahan cara belajar siswa (the ways of learning), akan sangat berpengaruh pada sisi lainnya; cara berfikir (the ways of thinking), dan cara bersikap (the ways of behave). Satu hal yang pasti, interaksi anak dan perangkat yang bersifat satu (orang) menghadap satu (perangkat) mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial. Ini mutlak perlu diantisipasi atau dinetralisir.