NGAMPRAH – Warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) diminta untuk waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Hal itu menyusul terdapat 238 orang warga yang sudah tersuspect DBD.
Kepala Dinas Kesehatan KBB, Hermawan Widjajanto mengatakan, memasuki awal tahun 2019 tercatat sudah 238 orang tersuspect DBD. Meski belum tentu positif terjangkit DBD, namun masyarakat diminta agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus berbahaya tersebut.
“Kami himbau agar masyarakat bisa menerapkan gerakan 3M (menutup, menguras, dan mengubur-red). Selain itu, yang penting juga masyarakat bisa menjaga lingkungan. Saya rasa itu yang paling baik dalam mencegah DBD. Sebab, kalaupun ada fogging itu hanya membunuh nyamuk dewas saja,” kata Hernawan saat dihubungi, Rabu (23/1).
Baca Juga:Mahasiswa dan Pelajar Pelajari Panen Kentang Varietas GranolaPertamina Pasok BBM Polda Jabar
Untuk menecegah DBD dan agar kasus DBD ini tidak bertambah, saat ini pihaknya pun mengintensifkan kader juru pemantau jentik nyamuk (jumantik) dengan mendatangi rumah-rumah warga. Terlebih, dengan intensitas hujan tinggi seperti sekarang, lanjut Hernawan potensi demam berdarah juga lebih tinggi.
“Pengaktifkan jumantik per satu rumah itu terus kita lakukan. Selain itu, tempat-tempat penampung air juga diperiksa oleh petugas kami. Yang jelas, kita ingin memutus mata rantai DBD ini,” ujarnya.
Bahkan Dinas Kesehatan telah mengirimkan surat ke seluruh puskemas terkait kewaspadaan dini peningkatan DBD ini cukup mengancam. Apalagi, dengan jumlah 238 orang tersuspect DBD, ini berpotensi pada kejadian luar biasa.
“Surat terkait kewaspadaan DBD ini sudah kami kirim dari November tahun lalu. Namun, lantaran kejadian ini cukup banyak, rencananya akan ada juga surat langsung dari pak bupati terkait kewaspadaan, pengendalian DBD ini,” ungkapnya.
Sementara kasus gejala DBD itu, lanjut Hernawan, hampir merata tersebar di 16 Kecamatan, seperti di Kecamatan Cililin, Ngamprah, Padalarang, Cikalongwetan dan Parongpong. Hal itu disebabkan kepadatan penduduk dan lingkungan, sehingga memicu wilayah-wilayah tersebut banyak tersuspect DBD.
“Termasuk berdasarkan laporan yang kami terima, di Desa Jayamekar Padalarang dan di Cigugur Girang Parongpong itu sudah ada 2 warga yang meninggal dunia, dan satu diantaranya bayi umur 8 bulan,” ungkapnya.