PUSAKANAGARA– Nelayan di Desa Patimban tunggu kejelasan pemerintah soal kompensasi dampak pembangunan pelabuhan Patimban.
Ketua KUD Mina Misaya Guna M.Rusdi mengatakan, hingga detik ini, pihak nelayan tak kunjung mendapatkan jawaban mengenai keluhan nelayan, dari Pemerintah Pusat. “Saya harapkan bisa mendapat jawaban segera, karena banyak nelayan yang sudah mengeluh,” ucap Rusdi, kemarin (25/1) saat ditemui Pasundan Ekspres.
Rusdi menuturkan bahwa tuntutan nelayan saat ini, ada dua yakni mengenai penggantian Kapal nelayan dari 3-5 GT menjadi 10 GT, serta kompensasi sebesar Rp 3 Juta perbulan.
Baca Juga:Gaji Perangkat Desa Setara ASN, Pemkab Belum Menerima Surat ResmiKerupuk Miskin Diminati Wisatawan
“Sekarang ini kita nganggur, selain ombak yang tinggi, area tangkapan kita juga menyempit, penghasilan kita menurun drastis” ujar Rusdi.
Rusdi menuturkan, saat ini ada sekitar 1.400 nelayan dari 3 Dusun di Trungtum, Genteng serta Galian yang berharap pemerintah, segera memberi kejelasan mengenai keinginan nelayan tersebut.
“Kalau dihitung kami sudah 4 kali ketemu, baik dalam sosialisasi atau saat menyampaikan aspirasi. Tapi belum ada hasil dan jawaban,” jelasnya.
Rusdi kembali menegaskan, bahwa nelayan sendiri tidak menolak dan bahkan mendukung, adanya pelabuhan tersebut. Hanya saja, nelayan minta perhatian pemerintah, karena lahan di laut untuk mencari nafkah selama ini, terganggu dengan adanya aktivitas pembangunan Pelabuhan Patimban.
“Kalau untuk pembangunan nelayan, kami tidak menolak atau mau menghalangi tapi tolong perhatikan kami,” bebernya.
Ia juga berharap Bupati Subang saat ini H.Ruhimat, bisa membantu memfasilitasi warganya yang terdampak pembangunan. “Saya harapkan Bupati bisa bantu dan perjuangkan nasib nelayan,” beber Rusdi.
Lebih lanjut kata Rusdi, mengenai Pelabuhan Patimban kedepan, dari nelayan sendiri memang ada yang berminat untuk alih profesi dan ada juga yang ingin tetap jadi nelayan.
Baca Juga:Lukita: Dahulukan yang Dibutuhkan MasyarakatHamil Muda, Penderita Gangguan Jiwa Mengamuk
“Kalau yang muda itu memang banyak yang mau alih profesi. Tapi kalau yang tua yang umur 40-50 keatas itu ingin tetap jadi nelayan, ya tiap hari dapat uang dan keahlianya disitu,” jelasnya.
Untuk itu, ia berharap dalam waktu dekat bisa segera ada pertemuan dan jawaban dari apa yang diharapkan oleh nelayan. Karena kata Rusdi, posisi nelayan saat ini semakin sulit. Selain dalam kondisi cuaca yang buruk dan tidak bisa melaut, lahan biasa untuk mencari ikanpun mulai terganggu dengan banyaknya kapal-kapal besar. (ygi/dan)