Pandangan Islam Nusantara harus ditempatkan dalam kerangka Islam yang berdialog dengan budaya Indonesia. Pada 1980-an, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sudah melontarkan gagasan tentang pribumisasi Islam, di mana Islam mengakomodasi budaya lokal masyarakat agar tidak hilang.
Tentu saja sejauh budaya masyarakat tersebut tidak bertentangan secara keras dengan nilai-nilai Islam.
Islam Nusantara menjadi solusi untuk menguatkan keindonesiaan, karena menghargai kebhinekaan sebagai fakta NKRI, Dengan itu, misi Islam sebagai rahmatan lil alamin terejawantahkan dalam model Islam Nusantara.
Baca Juga:Kades Tidak Boleh Ganti Aparatur Desa40 Tim Ikuti Student Futsal Competition
Ketua Panitia Seminar Bedah Buku Islam Nusantara yang juga Ketua Pimpinan Ponpes Azzahra Wera Dangdeur Subang KH. Asep Saefuddin SPd
menyatakan, melalui bedah buku Islam Nusantara itu, ingin menciptakan kedamaian antar umat Islam dan tidak mudah menuduh faham lain sesat, apalagi yang berhubungan dengan budaya dan tradisi di Indonesia.
Sehingga Islam menjadi benar-benar agama Rahmatan Lilalamin.
Ketua Lesbumi NU Subang Mirzan Insani juga menyampaikan intinya Lesbumi yang konsen di seni dan budaya, bahwa istilah Islam Nusantara itu dari dua kata , Islam dan Nusantara
Dimana Nusantara yang beresensi budaya dimana perjalanan sejarah dakwah islam Indonesia tak lepas dari peran budaya nusantara.
Asal muasal Budaya atau Tradition yang berarti dalam bahasa arab yang berarti sunnah atau kebiasaan masyarakat setempat.
Dimana dari tradisi itu juga mencerminkan nilai budaya suatu bangsa.(ygi/dan)