Harus gadis Lumajangkah? “Tidak harus,” katanya. “Asal Indonesia,” tambahnya.
Karena itu Andrian juga belum tahu. Masa depannya akan di mana. Di Surabayakah? Tempatnya pernah kuliah di Stikom dan perhotelan dulu? Atau di Jakarta? Bagi saya di mana saja. Tergantung jodoh saya nanti,” katanya. “Yang jelas tidak di Taiwan.”
Andrian mulai mengenal komputer sejak SMAN 2 Lumajang. Laboratorium sekolahnya menyediakan komputer. Di situlah ia mengenal program WS, internet dan chatting. Ia berani chatting dengan orang luar negeri. Dalam bahasa Inggris.
Setamat SMA Andrian kuliah di Stikom Surabaya. Ikut-ikutan teman, katanya. Tapi ia tidak krasan. Kemampuan komputernya sudah di atas mata kuliah.
Baca Juga:Sembilan Paket Sabu Beredar di Lapas , BNN Telusuri Keterlibatan Warga BinaanPGRI Gugat Pasal 94 Undang-Undang ASN
Semester 4 Andrian men-DO-kan diri. Ingin jadi enterpreneur. Yang lagi ‘in’ di kalangan mahasiswa saat itu. Tapi, katanya, ternyata sulit.
Ia pindah jalur. Kuliah di perhotelan. Lalu kerja di hotel. Pernah di Shangrila Surabaya. Sebentar.
Di hotel itulah Andrian kenal banyak orang. Termasuk tamu-tamu Tionghoa. Ia mulai tertarik belajar bahasa Mandarin. Ia cari tempat kursus yang intensif. Tapi murah.
Ditemukanlah ITCC. Dua tahun Andrian kursus Mandarin di yayasan yang saya pimpin itu. Lalu mendapat bea siswa ke Taiwan.
Kenapa tidak ke Tiongkok? Tawaran yang di Tiongkok jurusan pendidikan. Saya ingin memperdalam komputer,” katanya.
Selama di Taiwan Andrian sudah menghasilkan 15 program. Atas penugasan perusahaan. Bersama temannya itu.
Semua program yang ia buat dalam bahasa Mandarin. Berarti kemampuan Mandarinnya hebat. “Tidak juga lah,” katanya merendah. “Bahasa program kan tidak banyak,” tambahnya.
Ternyata saya juga hanya satu malam di Kaoshiung. Besoknya naik kereta lagi. Ke Hualien. Ke pusatnya agama Budha Tzu Chi.
Baca Juga:DPMPTSP Tak Lagi Keluarkan SIUP dan TDPLian Liong Dipercaya Tangkal Malapetaka
ang keretanya bukan jenis yang cepat. Belum ada kereta cepat di jalur Kaoshiung-Hualien. Lokomotifnya masih pakai diesel. Tidak ada wifi di dalamnya. Tidak ada colokan untuk charger HP.
Kalah dengan bus. Yang selalu menyediakan wifi berkecepatan tinggi. Misalnya saat saya naik bus dari Taipei ke Taichung. Lalu, keesokan harinya, naik bus lagi. Dari Taichung ke Tainan. Wifinya sangat menggoda. Saking cepatnya.