KARAWANG-Puluhan anak keturunan Tionghoa berkumpul di halaman Vihara Budha Dharma, Dusun Cinangoh, Kelurahan Karawang Wetan. Sebanyak enam anak laki-laki dan perempuan berdiri dengan memegang tongkat.
Tongkat digoyangkan ke kiri dan ke kanan untuk menggerakan naga-nagaan berwarna merah. Mengikuti suara tabuhan tambur yang dipukul seorang anak berbadan gemuk, liak-liuk naga menari.
Sejak seminggu ini anak-anak keturunan Tionghoa sibuk berlatih tari naga atau yang lebih dikenal lian liong untuk menyambut Imlek dan Cap Go Meh yang tinggal menghitung hari.
Lian liong sendiri merupakan peninggalan tradisional warga Tiongkok. Orang Tiongkok percaya jika naga merupakan simbol keberuntungan. Dengan adanya lian liong diharapkan akan menangkal malapetaka.
Baca Juga:Ratusan Anggota Brigez Gelar Aksi Pungut SampahTunggakan Pajak di KBB Capai Rp5 Miliar
“Salah satunya kita ingin menjaga warisan budaya. Ini bukan budaya Tiongkok saja. Tetapi budaya Indonesia,” kata Giok Tseng seorang pemilik Rajawali Dragon Dance Karawang, Minggu (3/2).
Dalam permainan lian liong, Giok mengatakan memiliki arti persatuan dan kekompakan yang bisa menjadi simbol kebanggaan Indonesia. “Banyak mereka yang memainkan lian liong ini bukan hanya warga Tiongkok. Agama juga bukan hanya budha atau apapun. Tetapi juga ada yang muslim, kristen. Ini merupakan persatuan,” katanya.
Giok mengungkapkan dalam memainkan lian liong tidak memerlukan keahlian khusus seperti barongsai, yang harus memiliki keahlian bela diri. “Hanya tinggal kemauan saja. Mereka tinggal mengikuti suara tambur, kenong dan kencreng,” katanya.
Ditengah kesibukan anak-anak berlatih, para orang tua mereka tengah sibuk menyiapkan memasang lampion merah di sepanjang Jalan Tuparev.
“Perayaannya nanti di sepanjang jalan tuparev. Ada kembang api, barongsai dan liong,” ungkap Kayun Rohaniawan Budha sekitar.
Perayaan budaya Tiongkok ini, lanjut Kayun, merupakan ucapan syukur mereka terhadap adanya persatuan di Indonesia.(aef/vry)