Pembuat gurilem asal Cililin, Yayat (49) mengaku bahwa produksi gurilem mengalami penurunan sekitar setengah dari jumlah produksi yang biasa. Dari produksi rata-rata 12 kuintal, kata dia, gurilem yang dibuat saat musim hujan ialah sekitar enam kuintal. Pasalnya, adonan gurilem yang terbuat dari tepung singkong susah mengering. “Kalau musim kemarau bisa jemur adonan dua kuintal sehari, sekarang jadi harus dua hari. Kalau dua hari adonan yanh dijemur enggak mengering, bisa-bisa adonannya berjamur. Makanya, kami mengurangi produksinya, biar enggak rugi” katanya. (eko/sep)