CIKALONGWETAN – Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang dirawat di sejumlah rumah sakit terus betambah. Hal ni disebabkan terus bermunculannya suspect baru yang harus dirujuk dan mendapatkan rawat inap sehingga bangsal rumah sakit banyak dipenuhi oleh pasien DBD.
Ketua DPRD KBB, Ida Widaningsih menatakan mengaku penyakit ini harus mendapatkan perhatian serius dari Dinas Kesehatan. Jangan sampai penyakit yang cara penularannya melalui nyamuk ini terus mewabah dan menimbulkan korban jiwa. Apalagi saat ini memasuki musim penghujan dimana penyebaran penyakit ini menjadi lebih cepat. “Sejauh ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan KBB sudah ada dua warga yang menjadi korban DBD. Ini harus jadi perhatian jangan sampai korban terus bertambah, terutama dalam hal ketersediaan (stok) darah bagi pasien,” kata Ida, membesuk pasien DBD di RSUD Cikalongwetan, Selasa (6/2).
Menurutnya salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran penyakit DBD adalah melalui fogging, sehingga Dinas Kesehatan harus melakukan fogging di sejumlah daerah yang sejauh ini banyak ditemukan penderita DBD. Selain itu, fasilitas pelayanan penunjang bagi penanganan pasien ini juga harus ditambah, agar tindakan medis terhadap pasien dapat cepat dilakukan.”Saya melihat pelayanan sudah cukup baik, tinggal perlu ada peningkatan dalam beberapa aspek. Sehingga ketika ada penderita DBD yang memerlukan penanganan lanjut bisa langsung ditangani,” kata Ida.
Baca Juga:Hujan Jadi Kendala Perajin Kerupuk GurilemLarangan GPS Kendaraan Bermotor, Dishub Dilema
Sementara itu, Dirut RSUD Cikalongwetan, KBB, Ridwan Abdullah Putra menyebutkan, meski ada peningkatan jumlah namun pasien DBD yang dirawat inap masih terlayani dengan baik. Ruang rawat yang disiapkan ada dua bangsal dengan 50 tempat tidur untuk pasien dewasa maupun anak-anak. Terkait sarana pendukung pelayanan, pihaknya berhadap ke depan segera memiliki bank darah. Ini diperlukan ketika ada pasien yang kekurangan darah yang selama ini harus disuplai dari luar.”Kami di sini belum memiliki bank darah. Kalau ruangan sudah ada tinggal fasilitas dan alat-alat penunjangnya yang belum. Sejauh ini kalau ada pasien anemia atau kekurangan trombosit biasanya kami ambil darah dari PMI di Batujajar, itu kejauhan dan perlu waktu. Beda kalau di sini sudah ada sendiri,” tuturnya. (Eko/Sep)