“Ramainya itu tahun 2010 kesini sampai 2014-2015-an, mulai banyak sopir istirahat di sini. Tapi sekarang udah ada jalan tol lari ke tol, seolah-olah sekarang ini pada sepi,” jelasnya.
Sepengetahuannya, sebelum tol ada bila satu warung 4 orang pelayan dari kamar yang tersedia bisa dipakai bergantian. Bahkan PSK pun bisa sampai 4 hari hingga seminggu baru pulang ke rumahnya jika sedang ramai. “Dulu satu kamar bisa dipakai bersama gantian, ada yang satu orang bisa melayani banyak tamu dalam sehari sampai ada persaingan antar pelayan,” ucapnya.
Mengenai isu pembongkaran, kang Jangkung juga menyebutkan bahwa isu tersebut telah beberapa kali ia dengar. Bahkan informasi terbaru yang ia dengar akan ada pembongkaran pada tahun 2020. “Bukan isu baru saya dengar, tahun 2020 mau dibongkar katanya di sini mau ditata,” jelasnya.
Baca Juga:Ugal-ugalan, Bus Kramat Djati Masuk Jurang, 2 Orang Tewas 11 Luka-lukaPenderita Thalasemia di Ujung Tanduk, Minim Obat-Obatan Akibat Tunggakan
Meski demikan, ia mengatakan bahwa pembongkaran saat ini bukan satu solusi yang paling tepat. Sebab ada banyak faktor serta pertimbangan jika kawasan ini dibongkar. “Bukanya pengen bertahan, kalau ini dibongkar larinya pada ke mana? lebih susah, dari Dinas kesehatan aja nanti memerikasanya gimana,” jelasnya.
Selama ini kata Kang Jangkung, ia bersama rekannya juga sering melakukan pendataan pada para PSK yang datang ke Janem. Hal itu dilakukan salah satunya untuk mencegah adanya penyebaran penyakit di Janem.
“Bisa dibilang dalam mengkoordinir warung ada pelayan yang baru dicatat ditanya KTP-nya terus kita minta diperiksa, harus tetap diperiksa. Kalau gak punya KTP suruh pulang aja. Takutnya seperti dulu ada orang datang ditanyain pas disuruh diperiksa tetap gak mau, eh ternyata belakangan dia kena penyakit. Dia tahu dia sudah kena, makanya gak mau diperiksa,” bebernya.
Saat ini kebanyakan dari PSK itu pendidikannya rendah dan dari kalangan kurang mampu. Jika pembongkaran itu dilakukan sebaiknya pemerintah juga memikirkan bagaimana nasib kedepanya seperti melakukan pelatihan-pelatihan pada para PSK yang kemudian juga disalurkan untuk jadi tenaga kerja. “Kalau dibongkar gitu aja, tanpa ada solusi ini nanti kemana-mana,” ungkapnya.