John sudah selesai minum kopi. Sempat melihat saya cuek di bawah rindangnya dedaunan. Duduk bersandar ke pohon besar. Asyik dengan HP. John pun memotretnya. Saya tidak tahu.
John Mohn adalah guru jurnalistik. Saat anak saya tinggal di rumahnya. John masih memiliki surat kabar di daerah itu. Namanya: Ellinwood Leader. Chris Mohn, isterinya, yang menjadi pemimpin redaksinya.
Azrul menjadi wartawan karena mereka itu. Bukan karena saya. Bapaknya ini justru ingin menjauhkan anaknya dari dunia jurnistik. Denga mengirimnya jauh-jauh ke Amerika. Tidak disangka undian penempatan itu menentukan nasibnya: mendapatkan bapak angkat yang jurnalis.
Meski tidak lagi di surat kabar ternyata saya tetap bisa asyik berjurnalistik. Melalui media baru ini. DisWay ini. Yang menurut mas Joko Intarto sudah dibaca lebih dari lima juta orang.
Baca Juga:Dosen STIEB Perdana Mandiri Dapat Sosialisasi e-FillingKadinkes: Gejala TB Segera ke Puskesmas
Sudah melebihi pembaca saya saat di koran dulu. Mungkin karena jangkauannya yang lebih luas. Saya sendiri sering bertanya dalam hati: mengapa saya begitu asyik berjurnalistik. Oh.. Mungkin karena itulah darah daging saya. Bisnis pun bermula dan berbasis di jurnalistik.
Koran boleh mati. Tapi jurnalistik akan terus hidup.
Hidup jurnalistik! (Dahlan Iskan)