SUBANG-Akibat luapan sungai Cilamatan satu bangunan penggilingan padi milik Haji Nahpad warga Desa Bantarsarsari ini nyaris rubuh.
Penggilingan padi atau dikenal dengan istilah heleran oleh warga lokal tersebut berdiri tidak jauh dari sungai. Menurut cerita warga Desa Bantarsari Wandi, bahwa untuk menghindari kejadian serupa warga berinisiatif membangun tanggul sederhana, agar tabrakan air tidak langsung menyentuh tanah pinggiran sungai.
“Iya ini kan abrasi karena curah hujan tinggi, lalu sungai meluap. Maka dari itu warga gotong royong untuk bikin semacan penahan, supaya air sungai Cilamatan yang debit airnya meninggi dan arusnya deras kalau sedang hujan tidak langsung menabrak tanah pinggirannya.” Jelas Wandi salah satu warga Desa Bantarsari kepada Pasundan Ekspres.
Baca Juga:Produk BUMDes Harus Dipasarkan95 Siswa SMAN 1 Pamanukan Daftar SNMPTN
Desa Bantarsari memang menjadi salah satu desa yang terisolir di Kabupaten Subang, meski keberadaan tidak jauh dengan Pemda Subang. Namun untuk menuju Desa Bantarsari melalui Cimerta membutuhkan waktu sekitar 45-60 menit dengan jalan yang curam sekaligus jelek.
Seorang warga Bantarsari yang lain Pipih mengutarakan, bagaimana jalan dan pemukiman yang rawan longsor di Bantarsari selalu meciptakan kehawatiran setiap harinya, kala musim hujan datang seperti sekarang ini.
“Memang untuk beberapa rumah di sekitar pinggiran sungai Cilamatan itu rawan terdampak longsor, akibat rapuhnya kondisi tanah karena terkena gesekan luapan air yang deras arusnya, belum lagi jalan di Bantarsari menuju Pasar lewat Cimerta yang semenjak saya sekolah di SMPN 2 Subang hingga sekarang, sampai saya sudah berumah tangga, tidak ada perubahan,” pungkasnya. (idr/dan)