BANDUNG-Kendati hujan sudah turun merata di wilayah Jabar, namun ketersediaan air tanah di sejumlah daerah masih berada di bawah 40 persen.
Berdasarkan peta prakiraan tingkat ketersediaan air tanah untuk tanaman periode bulan Januari 2019 yang dikeluarkan BMKG, daerah dengan ketersediaan air tanahnya berada di bawah 40 persen atau kurang terjadi di lima daerah, di antaranya Karawang tengah, Subang utara, Indramayu, Majalengka utara dan Cirebon.
“Selain daerah yang telah dijelaskan di atas, prakirakaan tingkat ketersediaan air tanah pada bulan Januari untuk daerah lainnya pada umumnya sedang. Di daerah-daerah ini curah hujannya masih mampu mempertahankan kecukupan ketersediaan air tanah untuk pengelolaan pertanian,” terang Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, Jumat (15/2).
Baca Juga:Harus Ada Jalur Khusus Pengguna SepedaNikmatnya Daging Ayam dan Bebek Rica-rica Purwono
Sedangkan daerah dengan tingkat ketersediaan air tanahnya cukup, Tony melanjutkan, meliputi sebagian Bogor, Cianjur utara dan tengah, Bandung Barat, Tasikmalaya timur, Ciamis, Majalengka selatan, Kuningan barat, Cirebon tengah.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan bulan November 2018, di mana sebagian besar daerah mengalami kekurangan ketersediaan air tanah hingga di bawah 40 persen.
“Pada November lalu, kekurangan ketersediaan air tanah nyaris merata di seluruh daerah. Hanya Bogor, Sukabumi, Cianjur selatan, Bandung Barat, Garut selatan bagian timur, Purwakarta selatan dan Pangandaran tengah yang ketersediaan air tanahnya sedang atau berada di angka 50 persen. Sedangkan daerah yang ketersediaan air tanah cukup hanya di sebagian Bogor selatan,” ungkapnya.
Menurut dia, tingkat ketersediaan air tanah di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi.
“Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah, bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen,” tuturnya.
Dia menerangkan, analisis tingkat ketersediaan air tanah di Provinsi Jabar ini, diambil dari buletin informasi iklim Jabar yang di dalamnya juga memuat analisis hujan, indeks kekeringan bulan November 2018 serta prakiraan hujan bulan Januari, Februari dan Maret 2019.
“Data dalam buletin informasi iklim Jabar ini disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 166 stasiun dan pos hujan yang terpilih di wilayah Jabar. Berdasarkan data tersebut, prakiraan curah hujan dan sifat hujan ini dibuat dengan mempertimbangkan dinamika atmosfer skala global atau regional yang setiap pertengahan bulan dibahas dalam pengkajian iklim atau cuaca bulanan,” bebernya.(eko/dan)