Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, memang hadir di forum itu. Nyentrik. Umurnya baru 36 tahun. Ini pereode kedua. Saat terpilih pertama dulu baru berumur 28 tahun.
Pak Wabub selalu pakai celana jeans. Dan mengenakan blangkon tanpa pentolan di belakang. Blangkon khas Ngawi.
Tagline pribadinya: Cah Angon. Si Pengembala. Itu mengena sekali di pemilih pedesaan. Cara Cah Angon itu rupanya sudah mulai ditiru. Saya lihat di salah satu perempatan Ngawi. Ada baliho besar. Kampanye caleg DPR. Gambarnya si caleg lagi menggendong kambing.
Baca Juga:Ribuan Peserta Ikut Jalan Sehat Milad Al-MuhajirinPelajar SMK YPK Berlatih Wayang Golek Kontemporer
Si Caleg, kata Tommy yang juga lagi nyaleg, memang peternak kambing yang sukses.
Cah Angon sendiri alumni arsitek Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja. Sama seperti Tommy. Yang jadi ketua alumninya.
Dengan jumlah anggota lebih 1.000 orang. Nama UII top di Ngawi.
Ternyata ada juga anak SMA di pelosok ini. Yang tahu apa itu AI. Padahal saya tidak memberi kisi-kisi kepanjangannya.
Milenial betul-betul tidak boleh dianggap enteng. Pun di pelosok-pelosok.
Untung saya tidak sok ceramah pagi itu. Bisa-bisa isi ceramah saya dianggap sudah tidak ada yang baru.
Pertanyaan siswa pun berat-berat: apakah guru AI nanti juga punya perasaan. Kan AI bukan manusia.
Saya tidak ahli AI (artificial intellegence). Saya tidak bisa menjawabnya. Hanya saya ceritakan sedikit. Bahwa perasaan itu bisa dirumuskan unsur-unsurnya. Yang mungkin terdiri dari ribuan unsur. Atau ratusan ribu. Mewujud dalam big data. AI akan bisa memproses big data itu dengan cepat.
Kemenangan AI saat melawan juara catur adalah contohnya. Bagaimana rahasia dan taktik lawan main caturnya dirumuskan. Menjadi big data. Lalu diproses oleh AI. Dianalisa. Ke mana langkah lawan caturnya itu.
Tapi saya tidak yakin dengan jawaban itu. Saya minta siswa mencari sendiri jawaban yang lebih tepat. Lewat internet. Yang sudah mereka kuasai.
Baca Juga:Disuruh Tidur, Ini Jawaban Sekretaris Umum DPW PKS JabarEvaluasi Kontrak Pihak Ketiga, Wabup: Penanganan Kebersihan Jangan Asal-asalan
Sebenarnya gurulah yang harus bertanya begitu. Demi menyelamatkan masa depan pekerjaan mereka.
Di Tiongkok sudah mulai dicoba. Guru manusia digantikan oleh guru yang bukan manusia. Jangan bayangkan itu robot. Seperti yang kita kenal selama ini. Itu adalah ‘bukan manusia’ tapi ‘memiliki kecerdasan’. Hampir tak terbatas pula.