JAKARTA-Debat kandidat calon presiden digelar tadi malam. Berbeda dengan format debat sebelumnya, kedua calon yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto kali ini lebih leluasa dan tampak saling serang.
Mengambil tema Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta Infrastruktur masing-masing capres beradu argumen selama hampir dua jam. Publik mendapat kejutan dan masing-masing pendukung kandiat sama-sama mengklaim kemenangan.
Panelis menyinggung sejumlah permasalahan krusial untuk ditanyakan kepada para capres. Seperti kebakaran hutan, konflik agraria, dampak pertambangan, strategi di era industri 4.0 serta konektivitas infrastruktur yang masih rendah.
Baca Juga:Serem! Mayat Sudah jadi Tengkorak Ditemukan di Hutan PinusFestival Cipali Usung Tema Budaya
Dalam pemaparannya, Capres Jokowi lebih banyak mengungkap data apa yang sudah dilakukan selama lebih dari empat tahun dirinya menjadi presiden. Jokowi menyatakan sudah tidak ada lagi kebakaran hutan dalam tiga tahun terakhir, tidak terjadi konflik agraria melalu strategi pembagian sertifikat tanah secara massal dan melakukan ganti untung kepada pemilik lahan yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
Dalam mendorong berkembangnya industri digital dan unicorn, Jokowi juga menyatakan telah melakukan pembangunan konektivitas internet di berbagai daerah, mengembangkan tani-hub agar petani bisa berjualan online serta mendorong usaha digital startup lebih berkembang.
Dari sisi infrastruktur dan pertanian, Jokowi juga membanggakan pembangunan jalan, jembatan, transportasi massal seperti LRT, bandara, pelabuhan dan pembangunan waduk untuk pengairan lahan pertanian.
Infrastruktur Tidak Efisien
Pemaparan Jokowi juga mendapat serangan dari Prabowo. Berulangkali Prabowo menyerang bahwa pembangunan infrastruktur memberatkan rakyat, tidak dilakukan feasibility study yang matang sehingga tidak berdampak kepada kemajuan ekonomi malah merugikan negara. Tidak efektif dan efisien. Prabowo juga mengatakan bahwa sejumlah pelabuhan dikendalikan oleh pihak asing dan menekankan frasa bahwa pembangunan untuk rakyat, bukan rakyat untuk pembangunan.
Prabowo juga berulang kali menekankan dirinya memiliki strategi yang berbeda dalam pendekatan pembangunan. Menekankan pentingnya ketersediaan pangan dan menargetkan pengembangan lahan baru untuk pertanian. Ia juga mengkritik kinerja menteri di era Jokowi yang mengubah aturan membuka impor pangan di masa panen.
Dalam hal lingkungan, Prabowo menyampaikan gagasan akan memisahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar bekerja lebih efesien mengawasi lingkungan. Juga akan menindak keras pelaku pelanggaran lingkungan dalam menjalankan usahanya. Prabowo juga mengungkap pelaku pelanggaran lingkungan banyak yang lari ke luar negeri dan harus dikejar melalui pengadilan internasional dan berbagai cara lainnya.