KARAWANG-Berdiri sejak tahun 2012 silam, industri rumahan pengolahan daging rajungan dan kepiting di Dusun Pasir Putih, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Bagaimana tidak, dalam satu hari, buruh pengolah daging rajungan bisa memperoleh penghasilan sampai Rp. 100 ribu per hari.
Pemilik industri rumahan pengolahan rajungan Pasir Putih, Taufik mengatakan, awal berdiri tujuh tahun lalu, dirinya hanya melibatkan tiga anggota keluarganya sebagai pekerja. Saat ini, dirinya telah memiliki puluhan karyawan, yang kebanyakan ibu rumah tangga disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
“Kita memproduksi daging rajungan olahan dan murni. Para pekerja memisahkan daging dengan kulit rajungan yang keras, kemudian dikumpulkan dan ditimbang. Semakin banyak daging rajungan yang mereka dapat, semakin besar pendapatan mereka,” ujar Taufik, Minggu (17/2).
Baca Juga:Disdukcapil Targetkan Kecamatan Bisa Cetak KTPKader PKS Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilih
Dikatakan, hasil olahan daging rajungan dan daging rajungan murni, di kemas dan di jual pada perusahaan-perusahaan makanan olahan besar yang ada di seluruh indonesia. Dikatakannya, tak jarang perusahaan home industrinya, melayani pesanan sampai ke Negeri Jiran Malaysia.
“Kita kemas dalam bentuk kaleng, toples, hingga plastik siap edar. Tujuannya, supaya harga dipasaran lebih mahal dan nampak berkualitas,” katanya.
Taufik mengatakan, tak ada kata rugi dalam menjalani bisnis olahan rajungan. Selain Pasir Putih dikenal sebagai sentra nelayan rajungan di Karawang. Hasil olahan daging rajungan yang masuk kategori rijek pun, masih bisa diolah menjadi kerupuk rajungan.
“Kemasan dalam bentuk kerupuk rajungan pun rupanya digemari banyak orang. Bahkan, produksi kita sudah diminta sampai Jawa Tengah,” katanya.
Salah satu pekerja di home industry milik Taufik, Sumarni mengaku, aktivitasnya sehari-hari di pabrik olahan rajungan itu hanya memisahkan daging rajungan dari cangkangnya.
Aktivitas memisahkan daging rajungan dengan cangkangnya itu, biasa mereka sebut dengan nama mekah atau meka.
“Meka merupakan aktivitas mayoritas ibu-ibu di Pasir Putih. Setelah pekerjaan di rumah selesai, kami datang ke pabrik, untuk bantu suami cari tambahan,” ungkapnya.
Baca Juga:Ikatan Jurnalisme Televisi Indonesia Deklarasi Anti HoaxHarga Daging Tinggi, Daya Beli Tak Menurun
Dikatakan Sumarni, dalam sehari, dirinya bisa mengumpulkan sekitar 15 hinga 20 kilogram daging rajungan bersama beberapa rekannya yang lain.