JAKARTA – Perdebatan terkait pemaparan data dalam debat Pilpres kemarin minggu (17/2), terus menuai polemik.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Republik Indonesia, Fahri Hamzah memahami apa yang menjadi polemik di tengah masyarakat terkait perdebatan data dalam debat kemarin.
Namun, politisi dari Dapil NTB ini menuturkan pihaknya enggan berkomentar terkait siapa yang salah dalam memaparkan data dan lebih memilih memberikan penilaian dari aspek filosofis.
“Saya paham pemaparan dengan memberikan data dalam debat kemarin, memiliki tujuan agar debat lebih berbobot dan setiap kandidat terlihat menguasai situasi dan tema yang diberikan penyelenggara,” kata Fahri dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (19/2).
Dirinya pun menjelaskan sebagai pendengar sekaligus pemilih, masyarakat harus jeli melihat dan menilai siapa pemimpin yang memberikan pemaparan yang konseptual ataupun alternatif.
“Saya melihat yang disampaikan oleh Jokowi bersifat reportif dan Prabowo adalah Alternatif. Tetapi jangan puas dari aspek situ saja, Prabowo pun harus dapat mentranformasikan alternatif tersebut menjadi terapan,” paparnya.
Baca Juga:Maman: Jokowi Unggul 53 Persen di Jawa BaratProfesor dari Jepang Bimbing 100 Peserta Lesson Study di SLB
Terkait dengan data yang dipaparkan Jokowi, Fahri pun mengaku memyayangkan mengapa mantan Walikota Solo tersebut hanya seakan menghafal dan menyebut angka, tetapi minim penjelasan.
“Beberapa konsep keduanya hampir searah. Hanya mengapa Jokowi tidak menjelaskan beberapa hasil temuan di masyarakat seperti mahalnya tarif tol dan lainnya. Justru hanya angka yang ternyata tidak ada penegasan apakah itu berasal dari data Survei ataupun statistik,” tukasnya.
Jangan Mengacu Satu Data
Sementara terpisah, Politikus Partai Golkar sekaligus Tim TKN Jokowi-Ma’ruf, Nusron Wahid mengatakan terkait salah data dalam pemaparan yang diberikan oleh capresnya dalam debat kemarin bukanlah kesalahan fatal.
Pasalnya, lanjut Nusron memaparkan dalam data yang disebut oleh Jokowi, masyarakat harus memahami betul bahwa perolehan tersebut dapat diperoleh oleh beberapa faktor.
“Data itu luas bisa dimiliki dari BPS ataupun Survey. Kalau BPS angka yang bisa dipertanggungjawabkan sedangkan Survei harus diakui sampling yang diambil belum tentu mewakili secara menyeluruh,” kata Nusron di Jakarta.
Bilamana terdapat salah sebut, Nusron mengakui bahwa dalam menghafal data juga tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga angka yang diberikan hanya sebutan estimasi.