PURWAKARTA–Rombongan Komisi IV DPRD Kota Balikpapan belajar pendidikan berkarakter ke DPRD Purwakarta. “Kami mendapat informasi dari kementerian bahwa Purwakarta satu-satunya daerah di Indonesia yang telah memiliki Perda Pendidikan berkarakter,” ujar Ketua Komisi IV Mieke Henny, selaku ketua rombongan .
Oleh karena itu, kata Mieke Henny, pihaknya sangat ingin tahu bagaimana historisnya, yuridisnya dan kearifan lokal, yang nantinya bisa diterapkan di daerahnya. “Kita kebetulan sedang membuat Perda Penguatan Pendidikan Berkarakter di Balikpapan,” jelasnya.
Tamu rombongan diterima di ruang rapat gabungan komisi, Kamis (21/2) oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRD Purwakarta H. Komarudin Noor, Sekretaris Hj. Enah Rohanah, dan anggota H. Ir. Ragil Sukamto, serta turut diundang adalah perwakilan Dinas Pendidikan Kasi Kurikulum Dede Supendi.
Baca Juga:Dipertanyakan Jimmy, Suroto: Ke Jerman Seizin BupatiTerima Laporan Warga Tenggelam, BPBD Telusuri Irigasi Tarum Timur
Dalam kesempatan itu Dede Supendi menyampaikan terkait proses pendidikan berkarakter di Purwakarta. Menurut Dede, dari aspek yuridis formal pendidikan berkarakter diatur dalam Perda No. 2/2007, tapi yang lebih spesifik diatur dalam Perbub No. 99/2015.
”Jadi, kita lebih dulu punya dibanding Perpres No. 87/017 tentang PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), “jelas Dede.
Fokus pendidikan berkarakter, kata Dede, bukan hafalan melainkan ditekankan pada kebiasaan-kebiasaan, lalu diterjemahkan dalam “7 Poe Atikah Istimewa” atau Tujuh Hari Pendidikan Istimewa. “Kemudian dirinci dari hari Senin sampai Minggu,” terangnya.
Diterangkannya, Senin, dinamakan program Ajeg Nusantara, di mana guru akan mengajarkan muridnya seluruh mata pelajaran dikaitkan dengan budaya yang ada di nusantara. Selasa, Mapag di Buana atau menjemput dunia. Maksudnya, anak-anak akan diberikan pengetahuan tentang dunia internasional.
Rabu lanjut Dede, Maneuh di Sunda, muatannya berisi pendidikan khas Sunda. Kamis, Nyanding Wawangian, ini hari khusus belajar estetika. Dijelaskan, murid belajar sastra, mendekorasi ruangan dan sebagainya. Jumat,diberi nama Nyucikeun Diri. Di hari Jumat itu berisi penanaman nilai spiritual dan kebersihan lingkungan.
“Untuk Hari Sabtu dan Minggu diberi nama Betah di Imah, karena hari libur anak sekolah tidak boleh dibebani harus rileks, tapi menjalankan kebiasaan sehari-hari misalnya mengepel, mencuci dsb. Intinya, belajar tidak mengenal waktu dan ruang, ” pungkas Dede.(mas/dan)