“Di Subang ini mayoritas struktur modal yang diutamakan. Padahal kami keliling ke berbagai daerah dan melihat koperasi yang maju, yang diutamakan itu pendidikan untuk anggotanya. Kalau anggota sudah memahami dan teredukasi dengan baik maka koperasi akan berjalan dengan baik,” tuturnya.
Digitalisasi Sistem
Koperasi menjalankan fungsi bisnis di internal dan eksternal. Dengan anggota dan dengan pihak ketiga. Hal ini mendorong perlunya keterbukaan dalam menjalankan koperasi. Salahsatu solusi yang diharapkan dapat dilaksanakan yaitu digitalisasi sistem.
Menurut Daeng, digitalisasi sistem ini akan didorong oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memilih 100 koperasi pada tahap awal untuk mendapat pelatihan.
Baca Juga:Petahana Optimis karena Aspirasi MasyarakatDistributor dan Kios Pupuk Jabar Teken Kontrak
“Masalah digitalisasi ini ditangkan oleh gubernur dan tahap awal ada 100 koperasi yang dilatih digitalisasi, termasuk nanti ada dari Subang. Digitalisasi ini bukan hanya komputerisasi. Tapi digitalisasi menghadirkan keterbukaan sistem, diketahui oleh anggota dan mitra bisnis,” papar Daeng.
Selain itu, Dekopinda mendorong tidak hanya koperasi simpan pinjam yang berkembang tetapi koperasi sektor pangan dan produk lainnya. “Kita sudah siapkan 30 koperasi yang didampingi khusus, bahkan legalisasi ke notaris juga dibantu. Kampi cari solusinya agar digitalisasi sistem di Subang bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Sejumlah permasalahan tersebut dan program yang sudah dilaksanakan akan dibahas dalam rapat kerja daerah (Rakerda) Dekopinda Subang hari ini (28/2). Rencananya, Rakerda tersebut akan dibuka oleh Bupati Ruhimat.(opl/man/vry)
Fakta-fakta koperasi di Subang
– Total 1.100 koperasi
– Dihapus 109 koperasi
– Total anggota 68.000 orang
– Rata-rata perputaran uang Rp4 miliar