Oleh : Ridho Budiman Utama
Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat
Debat Calon Presiden kedua yang digelar beberapa waktu lalu nyatanya memberikan catatan tersendiri bagi jutaan rakyat Indonesia yang menyaksikannya. Betapa tidak, dalam kesempatan langka tersebut publik dapat melihat sejauh mana upaya yang akan dilakukan oleh kedua kandidat apabila salah satu dari mereka dipercaya untuk memimpin (kembali) negara berpenduduk lebih dari 280 juta jiwa ini. Adapun isu tentang lingkungan serta ketahanan pangan menjadi topik yang dibahas dalam acara debat yang hanya dihadiri oleh para Capres tersebut.
Kedua kandidat pun terlihat begitu bersemangat dalam menyampaikan paparan terkait hal – hal yang sudah maupun akan dilakukan di masa yang akan datang.
Satu hal yang cukup menarik perhatian penulis serta masyarakat pada umumnya adalah tentang klaim yang disampaikan oleh kandidat petahana dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan di tanah air. Dengan semangat yang menggebu – gebu dan penuh keyakinan, beliau menyampaikan bahwa selama tiga tahun terakhir tidak ditemukan lagi kasus – kasus kebakaran hutan sebagaimana pernah terjadi pada tahun – tahun sebelumnya.
Selain itu mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa, sepanjang masa kepemimpinannya hampir tidak terjadi konflik pembebasan lahan dalam pembangunan infrastruktur. Namun, pernyataan yang disampaikan dengan penuh keyakinan tersebut langsung dibantah oleh kalangan masyarakat yang selama ini memberikan perhatian penuh pada upaya pelestarian lingkungan, salah satunya adalah Wahana Lingkungan Hidup (WALHI).
Baca Juga:Pentingnya Mempelajari FilsafatLancarkan Aliran Air Pertanian, Dua Pemdes Kerja Bareng Normalisasi Kali Ciragem
Berdasarkan data yang diperoleh WALHI dari Kantor Staf Presiden (KSP), tercatat sedikitnya 555 kasus konflik yang dilaporkan. Selain itu ada 19 kasus yang melibatkan 631 Kepala Keluarga (KK) dengan luas konflik mencapai 2.288 hektare. Begitu pula dengan klaim tidak adanya kebakaran hutan yang terjadi di lahan gambut. Menurut data yang diperoleh WALHI, kebakaran hutan besar terjadi pada tahun 2015 dan terus terjadi hingga saat ini. Dari 8.617 titik panas yang ditemukan sepanjang 2018, sekitar 3.427 titik berada di lahan gambut.
Selain menyampaikan data yang keliru terkait jumlah kasus kebakaran hutan, kandidat petahana juga diduga memberikan data yang tidak benar saat memberikan pernyataan terkait data pangan. Klaim Presiden Jokowi yang menyatakan jumlah import pangan menurun secara drastis sepanjang masa kepemimpinannya langsung dibantah oleh Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin. Menurutnya, klaim pemerintah yang menyatakan bahwa import pangan sejak tahun 2014 hingga saat ini terus turun tidaklah benar. Sang Guru Besar itu pun mengutip informasi dari Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sampai bulan Februari 2019.