Trump seperti ngambek. Sewot. Marah.
Makan siang bersama dibatalkan. Tandatangan kesepakatan diurungkan. Ngloyor begitu saja. Sendirian menemui wartawan.
Kim salah waktu. Salah tempat. Bertemu Trump di saat serba tidak tepat. Perhatian Trump lagi ke kesaksian Cohen.
Itulah yang utama.
Dua hal lainnya saya hanya bisa berdoa: semoga India dan Pakistan bisa menahan diri. Dan semoga rakyat Inggris kembali berakal sehat: dalam hal Brexit.
Saya bersyukur menunda kepergian ke Pakistan. Yang mestinya berangkat Senin lalu. Saya bersyukur tiba-tiba harus ke Doi Tung, Thailand. Hari itu.
Baca Juga:BPJS Ketenagakerjaan Tepis Dugaan Pungli, Pelayanan Klaim GratisPemdes Sindang Panon Sambut Positif Dana Bagi Hasil Pajak
Begitu mendarat di Chiang Mai saya baca breaking news: Pakistan menutup wilayah udaranya. Lalu berita lainnya: Pakistan menembak jatuh pesawat militer India. Menangkap pilotnya.
Berarti hari itu pendaratan pesawat komersial terganggu.
Apa yang terjadi di Kashmir itu saya bisa membayangkan sangat baik. Saya pernah ke sana. Bersama Robert Lai. Teman baik saya dari Singapura itu.
Waktu itu saya lagi keliling India: Mumbai, Gujarat, Chenai, Bangalore dan Kalkuta. Masih punya waktu lowong satu hari. Saya langsung ke bandara New Delhi. Melihat papan perjalanan pesawat. Siapa tahu ada jurusan yang ingin saya kunjungi. Misalnya Uttar Pradesh, Punjab atau Kashmir.
Robert selalu keberatan dengan gaya perjalanan seperti ini. Hari itu saya memang baru setahun lewat. Menjalani operasi ganti hati di Tianjin. Tapi, sambil ngedumel, Robert tetap ikut ke mana pun saya pergi.
Kebetulan saat itu ada pesawat jurusan Kashmir. Tepatnya ke Srinagar. Ibukota Kashmir. Akan berangkat dua jam lagi. Kami pun bergegas beli tiket.
“Tiket belum bisa dijual,” ujar petugas saat itu.
“Kenapa?,” tanya saya.
“Bandaranya masih ditutup. Tunggu info satu jam lagi,” jawabnya.
Bandara Srinagar memang ‘buka-tutup’. Tergantung keadaan keamanan Kashmir. Lagi tegang atau tidak.
Saya disuruh menunggu. Robert terus merayu saya. u
Untuk tidak usah ke Kashmir. Yang terbukti lagi tidak aman itu.
“Bandara sudah dibuka. Silakan,” ujar petugas.
Kami pun membeli tiket. Terbang satu jam lebih. Ke arah utara.