SUBANG-Dangiang Linggar Manik yang berlokasi di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo komitmen melestarikan kesenian tradisional khususnya pantun Sunda dan gembyung.
Mang Ayi selaku maestro pantun Sunda mengatakan, sudah menjadi tanggungjawabnya melestarikan kesenian tradisional. Ia tidak ingin generasi muda tidak tahu kesenian tradisional.
“Jangan sampai generasi muda saat ini tidak mengenal kesenian tradisional,” kata Mang Ayi kepada Pasundan Ekspres.
Dia mengaku sejak tahun 1980 aktif menggeluti seni pantun Sunda dan gembyung. Ia belajar otodidak. Pantun-pantun Sunda berisi sejarah tentang kerajaan Padjadajaran dan nilai-nilai Sunda.
Baca Juga:Layanan Prima Bebas Korupsi, PN Purwakarta Terapkan Zona Integritas WBK dan WBBMLaporan SPT Masih Rendah, KPP Pratama Subang Ajak Mahasiswa jadi Relawan Pajak
Melalui pantun Sunda ini, Mang Ayi mengajak untuk mendekatkan diri kepada Allah dan saling mengasihi sesama manusia termasuk dengan alam. Seni, kata dia, menjadi salah satu cara untuk menyampaikan kebenaran.
“Seni selain berfungsi hiburan, juga mengingatkan manusia agar menjadi manusia adil dan beradab,” katanya.
Dia menuturkan, Dangiang Linggar Manik didirikan pada tahun 2009. Dangiang ini menjadi wadah bagi siapa saja untuk belajar seni maupun tentang kehidupan. Dia mengajarakan seni kepada masyarakat sekitar termasuk pelajar dan mahasiswa.
Maestro pantun Sunda yang sudah manggung di luar negeri ini menuturkan, Dangiang Linggar Manik pun memiliki misi untuk kegiatan sosial. Pada akhir bulan Maret ini akan menggelar khitanan massal sekaligus pagelaran seni budaya.
Tokoh masyarakat Desa Sadawarna, Wawan mendukung kegiatan khitanan massal sekaligus pagelaran seni budaya. Menurutnya, kegiatan khitanan massal sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Masyarakat juga memerlukan adanya hiburan yang bernilai yakni berupa pagelaran seni budaya,” ungkapnya.(ysp/ded)