LEMBANG– Jumlah kasus warga terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lembang mengalami peningkatan, pada bulan Februari menjadi 73 kasus dari sebelumnya 53 kasus di Januari lalu.
Ketua Komite Medik RSUD Lembang, Dr. Henne Giyanti mengakui, terjadi peningkatan jumlah pasien yang dirawat di RSUD Lembang pada Februari lalu. Meski demikian, jumlah pasien DBD di bulan Maret turun drastis hingga hanya satu orang.
“Satu minggu terakhir ini menurun, baru ada satu kasus yang ditangani di RSUD Lembang. Kami harap pasiennya tidak bertambah,” ujar Henne di RSUD Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (5/3).
Baca Juga:Amankan Pencuri Spesialis Rumah SakitPojok DIlan, Budaya Literasi, dan ketimpangan Ekonomi
Henne menyatakan, kondisi para pasien yang sebelumnya dirawat di RSUD Lembang sudah membaik sehingga mereka sudah diperbolehkan pulang. Dia berujar, rata-rata pasien DBD yang masuk RSUD Lembang ini, penangan medisnya paling cepat antara tiga sampai lima hari.
“Tidak ada yang sampai meninggal dunia karena DBD. Alhamdulillah, pasien yang dirawat di bulan Februari semuanya sudah sehat sehingga bisa pulang,” tuturnya.
Dia mengatakan, dalam mencegah serangan DBD, seluruh anggota keluarga di setiap rumah harus bekerja sama, minimal ada satu orang yang menjadi penanggung jawab dalam memantau jentik nyamuk.
Lebih jauh, fogging tidak akan bisa menyelesaikan kasus penyebaran DBD karena yang mati hanya untuk nyamuk betinanya saja. Menurut dia, yang lebih utama adalah pemantauan jentik, mengubur barang bekas dan pemberantasan sarang nyamuk.
“Kami imbau masyarakat mulai sadar dengan kebersihan di rumah dan lingkungannya masing-masing. Salah satunya rutin mengecek titik-titik yang disinyalir menjadi area berkembangnya nyamuk,” bebernya.
Terkait ciri-ciri warga yang terserang DBD, dia menambahkan, biasanya diawali dengan demam tinggi yang mendadak selama kurang dari tujuh hari serta munculnya bintik merah di bagian tubuh.
“Tapi memang ada fase yang harus diperhatikan, karena di hari ketiga sampai kelima bisa timbul kegawatan yang menyebabkan pasien dalam kondisi yang kritis,” terangnya.
Baca Juga:Warga Minta Tanggul Permanen, Cegah Gerusan Kali CipunagaraNiko Rinaldo Gagas Pendidikan dan Pemberdayaan
Selain DBD, pada pertengahan musim hujan seperti ini, penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti ispa, diare dan radang paru-paru juga sering menyerang manusia. “Biasanya memang penyakit-penyakit itu muncul di musim hujan, oleh karena itu kami imbau masyarakat agar lebih menjaga kesehatannya,” jtukasnya. (eko/ded)