Sarana prasarana, alokasinya berbeda dengan sekolah negeri pada umumnya. Akibatnya, terjadi ketimpangan antara sekolah negeri dan swasta. Padahal, pada kenyataannya sekolah swasta bertumbuh banyak populasinya, karena tidak ada akses ke politis maka kesulitan berkembang. “Sekolah swasta yang kurang akses ke politik, maka kesulitan berkembang. Contohnya seperti alat-alat laboratorium yang dimiliki sekolah swasta. Kalaupun ada alokasinya, maka itu sangat minim berbeda dengan sekolah negeri,” tuturnya.
Menurut Rudy, jika kader partai yang memiliki akses ke politik, bisa dengan mudah diberikan akses tersebut. Pengamatannya, ada beberapa sekolah swasta yang memiliki akses tersebut, namun jauh lebih banyak yang tidak memiliki akses. “Ujung-ujungnya sekolah swasta di Subang tersebut tidak memiliki akses. Lahan sekolah sempit, bangunan yang kusam, fasiltas sekolah yang apa adanya. Ini yang mendorong saya untuk memperjuangkannya jika terpilih dalam Pileg 2019,” katanya.
Sementara itu, Pembina PSI Subang Yuki Ishak sangat yakin para kader PSI bisa meraih simpati masyarakat sebanyak-banyaknya. “PSI sudah komitmen dengan KPU dan lainnya, tidak boleh ada politik uang dalam temu dengan masyarakat. PSI selalu melakuan pencerdasan politik terhadap masyarakat,” tandasnya.(ygo/vry)
– Paskibraka Jabar 1986
– Lulusan Universitas Widyatama Bandung
– Pernah menjadi Dosen di Universitas Ahmad Yani Bandung
– Ketua TIM Pengembang ICT SMK se-Indonesia ditunjuk Depdiknas
– Pengelola SMK Bina Putera Subang
– Clinical Hypnoteraphy
– Hasilkan berbagai karya E-book dan video tutorial
Mental juara, NLP for selling, forgiveness key to the freedom, unlock your mental block dan artikel lainnya
– Kader PSI sejak tahun 2018