Dalam perkembangannya dewasa ini, sumber daya manusia semakin dianggap penting, bahkan banyak yang mengatakan bahwa aset yang berharga tersebut adalah pusat dari organisasi. Oleh karenanya muncul paradigma baru, yaitu sumber daya manusia sebagai strategic partner, yang menurut pakar Manajemen SDM, Jeffery A Mello, sumber daya manusia harus mampu menjadi partner bagi seniornya, mendemonstrasikan keahliannya dengan efektif, unggul dalam produktifitas dan kinerja dan menjadi influencer dalam perubahan organisasi.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sebagai rekan strategis dalam perusahaan sudah mampu menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0? Jack Ma, pendiri Alibaba dalam sebuah wawancara pada World Economic Forum pernah mengatakan dalam era teknologi ini manusia harus diajarkan nilai-nilai dan ketrampilan yang mesin tidak mampu melakukannya seperti kemampuan berpikir secara independen, kolaborasi dan adanya kepedulian akan sesama. Dari pendapat tesebut dapat disimpulkan bahwa perlu ada hal lain untuk melengkapi berbagai keunggulan sebagai rekan strategis.
Langkah Strategis
Dari berbagai pandangan di atas tampak bahwa keuntungan kompetitif pada sektor sumber daya manusia tidak selalu dikembangkan melalui peningkatan hard skill semata namun juga pengembangan soft skill. Spencer dalam teori Iceberg Competencies Model mengatakan bahwa aspek kompetensi manusia yang esensial lebih kepada perilaku, sikap, kebiasaan dan pola pikir, karena kesemuannya akan mendukung kemampuan yang terlihat seperti ketrampilan dan pengetahuan.
Baca Juga:Desa Jatimulya Angkat Aparatur Desa Hasil Seleksi, Berikan Pelayanan MaksimalMasih Butuh Armada, Dinkes Purwakarta Usulkan Tambah Ambulan
Karena itu, perlu ada langkah strategis dan penentuan prioritas pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Tentu saja yang menjadi prioritas adalah generasi muda di Indonesia, para pelaku usaha dan pekerja usia produktif generasi milenial dan gen z, generasi yang akan menjadi bonus demografi bagi Indonesia.
Pada sektor pendidikan, prioritas penanaman akan attitude, konsep kolaborasi, inovasi, sustainability hingga kepemimpinan harus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan sehingga pendidikan formal dan keahlian teknis yang selama ini sudah diajarkan dalam kurikulum pendidikan menjadi semakin lengkap.
Pemerintah juga diharapkan dapat berperan dalam membuka kesempatan kerja dan menyalurkan para lulusan terbaik ke industri-industri potensial. Hal tersebut akan memacu para lulusan terbaik untuk mau dan mampu untuk berkompetisi di pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan beragam. Tidak hanya itu, program pelatihan dan sertifikasi dapat juga diberikan sebagai awal standarisasi profesi atau ketrampilan tertentu.