Pola pikir koruptor berada di antara batas kesadaran manusia. Pola pikir koruptor bisa muncul secara tidak sadar dalam diri seseorang, tetapi pola pikir koruptor bisa juga muncul secara sadar karena adanya tuntutan dan dampak dari akumulasi faktor-faktor lain, seperti kenaikan biaya kebutuhan, kesenjangan sosial, gaya hidup, dan sebagainya. Kemunculan pola pikir koruptor tersebut dilakukan secara sadar dan lebih sulit untuk untuk diberantas.
Pencegahan
Pola pikir (mindset) seseorang akan mempengaruhi pola sikap (behaviour) dan terwujud menjadi sebuah pola tindak (action). Dari proses tersebut bisa dikatakan bahwa tindakan untuk korupsi diawali dari pola pikir koruptor karena pola pikir merupakan pedoman seseorang untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukannya. Pola pikir koruptor yang akan mempengaruhi pola sikap koruptor yaitu keinginan untuk melakukannya dan akhirnya terwujud dalam pola tindak melalui tindakan korupsi. Bila pola pikir koruptor menganggap bahwa korupsi merupakan hal yang biasa/wajar maka koruptor akan bersikap untuk mendukung dan membenarkan sebuah tindakan korupsi, bahkan ada keinginan untuk turut melakukan korupsi.
Dari fakta-fakta yang sudah ada, para tersangka korupsi tidak didominasi oleh jenis kelamin, wilayah, agama, maupun tingkat pendidikan tertentu. Fakta ini dapat memberi kesimpulan bahwa pola pikir koruptor tidak tergantung dari faktor-faktor demografi karena kemunculannya bisa terjadi pada siapapun dan kapanpun. Dalam kehidupan sehari-hari, pola pikir koruptor tidak bisa terlihat dan terdeteksi dengan mudah. Tindakan-tindakan yang dilakukan seorang koruptor terlihat wajar dan normal bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Sepertinya belum ada satupun teori yang bisa menilai kedalaman pola pikir koruptor karena umumnya koruptor akan menentang korupsi bila ditanyakan pendapatnya mengenai tindakan korupsi.
Baca Juga:Harga Bawang Merah Bagus, Petani UntungAjak Santri Hidup Sehat dan Melek Hukum
Pertumbuhan pola pikir koruptor bisa dicegah oleh orang-orang terdekat, yaitu: keluarga. Kesadaran seseorang terhadap keberadaan dirinya dalam keluarga akan menuntun kepada tindakan-tindakan yang menjauhi korupsi. Secara moral koruptor akan menanggung malu dan beban tanggung jawab terhadap keluarga. Oleh karena itu, sangat perlu untuk sejak dini mendidik anak-anak memiliki pola pikir anti korupsi. Pola pikir anti korupsi bisa dijalankan melalui hal-hal sederhana, misalnya: tidak korupsi hak orang lain saat melakukan antrian, tidak korupsi waktu saat belajar di sekolah, dan sebagainya. Melalui keluarga, pola pikir anti korupsi akan bertumbuh dan mencegah kemunculan pola pikir koruptor.