PURWAKARTA-Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purwakarta menggelar simulasi pemungutan dan penghitungan suara untuk Pemilu Serentak 2019 di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta, Sabtu (23/3).
Ketua KPU Purwakarta, Ahmad Ikhsan Faturahman mengatakan, dipilihnya desa tersebut, atau tepatnya TPS 13 menjadi tempat simulasi pemilu, karena wilayah Purwakarta masuk pada segmen pemilih pedesaan. Ada pun simulasi yang digelar saat ini, sambungnya, adalah bagian dari uji coba dan contoh jalannya proses pemilu.
“Kabupaten Purwakarta ini segmennya pedesaan. Karena dari 17 kecamatan di Purwakarta lebih banyak wilayah pedesaannya, salah satunya di sini (Desa Tanjung Sari, red),” kata Ahmad Ikhsan saat ditemui di sela kegiatan Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilu Serentak 2019.
Baca Juga:Kecermatan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) DiandalkanSerempak, 1.946 Akad KPR BNI Ditandatangani, 146 Pengembang Gandeng BNI
Dirinya menyebutkan, tidak hanya Kabupaten Purwakarta yang masuk pada segmen pemilih pedesaan, tapi juga ada daerah lainnya di Jawa Barat. “Penentuan segmentasi pemilih ini adalah wewenang KPU Provinsi Jawa Barat dengan mengusung tagline Akur Sauyunan,” ujarnya.
Ada pun di daerah lainnya, kata dia, terbagi menjadi segmen pemilih perkotaan, pedesaan, perbatasan, industri, nelayan, mahasiswa, dan marjinal.
“Segmentasi wilayah yang termasuk pedesaan tersebut memiliki beberapa ciri khas, misalnya, para pemilih sudah memadati TPS pada pukul 10.00, bahkan antrean sudah terjadi sejak pukul 07.00. Bandingkan dengan segmen perbatasan, para pemilih baru mulai datang ke TPS di atas pukul 10.00,” katanya.
Segmen pemilih di TPS 13 ini, kata Ahmad Ikhsan, didominasi pemilih lansia, meski kaum milenial dan pemilih usia produktif pun ada. “Antusiasme para pemilih lansia tersebut juga tinggi, sejak pagi mereka telah antre di depan tenda simulasi pemungutan suara,” ucapnya.
Bahkan, sambung Ahmad Ikhsan, banyak dari para pemilih lansia itu menganggap sangat serius pada saat simulasi. Tak sedikit yang bertanya kepada petugas KPU tentang para calon legislatif dan kelima surat suara yang memiliki bentuk berbeda.
“Mereka bertanya kenapa pasangan capresnya 05 dan 06, kami terangkan itu sebagai contoh, simulasi. Tapi mereka menganggap ini sebuah keseriusan, bahwa seolah-olah mereka sedang mencoblos, itu salah satu indikator antusiasme masyarakat di sini,” ujar dia.