Oleh : Caroline Riady
Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Group
Bayangkan sebuah keluarga yang semula hidup berkecukupan dan memiliki tabungan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Namun secara tiba-tiba keluarga tersebut jatuh miskin, karena sebuah penyakit yang menyerang salah satu anggota keluarga: gagal ginjal.
Tabungan ludes untuk biaya perawatan. Belum lagi jika yang terserang penyakit tersebut adalah anggota yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Tak hanya tabungan yang ludes, penghasilannya pun berkurang karena produktivitas menurun.
Masa depan lebih baik yang dicita-citakan pun akhirnya kandas di tengah jalan. Begitulah ilustrasi dampak penyakit gagal ginjal bagi keluarga.
Baca Juga:Deklarasi Laskar Garda Bangsa, Siapkan Sumberdaya ManusiaSodetan Saluran Tarum Timur Masih Studi Amdal
Sebagai organ yang berfungsi membersihkan limbah dan racun di dalam tubuh, ginjal amat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang. Ginjal yang rusak akan mengakibatakan fungsi detoksifikasinya terganggu, sehingga membahayakan nyawa penderitanya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ginjal adalah bagian tak terpisahkan dari upaya memelihara kehidupan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan ginjal, Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap Kamis kedua Maret, yang tahun ini jatuh pada 14 Maret 2019. Tema yang diusung tahun ini adalah Kesehatan Ginjal untuk Siapa Saja di Mana Saja (Kidney Health for Everyone Everywhere).
Tema ini mengandung arti bahwa setiap orang, apapun status sosial-ekonominya dan di manapun mereka tinggal dan berada, berhak memiliki ginjal yang sehat.
Pembunuh Senyap
Penyakit gagal ginjal sering disebut sebagai pembunuh senyap (silent killer), karena gejalanya yang tak mudah dikenali hingga memasuki stadium lanjut dan sulit diatasi. Penyakit tersebut menyerang penderitanya secara perlahan tapi berdampak mematikan.
Orang yang terkena penyakit ini harus mengalami penderitaan permanen: rasa sakit berkepanjangan disertai keharusan menjalani cuci darah rutin seumur hidup yang membutuhkan biaya tinggi. Oleh karena itu, penyakit ginjal tidak melulu menggerogoti kesehatan penderita tetapi juga memporak-porandakan fondasi ekonomi keluarga.
Syukurlah bahwa sejak diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), biaya cuci darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Hal ini tentu merupakan kabar baik bagi penderita gagal ginjal dan keluarganya, terutama mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial memadai untuk menanggung biaya perawatan.