Tingkat konsumsi masyarakat terhadap kopi sekarang ini kian bertambah. Semakin banyak orang yang datang ke gerai kopi untuk sekadar minum kopi, menyelesaikan pekerjaan, atau bertemu dengan orang lain. Maka tak heran bila gerai kopi semakin menjamur termasuk yang menyediakan menu kemasan.
Seiring itu pula semakin banyak juga menghasilkan seseorang yang berprofesi sebagai barista, tidak terkecuali di Subang.
Apalagi setelah digelarnya festival barista coffee Subang pada beberapa waktu lalu di alun-alun Subang. Sebanyak 37 peserta yang berprofesi barista ikuti ajang festival tersebut.
Salah satunya adalah Atih, wanita kelahiran Ciater itu berprofesi sebagai Barista di Gracia. Dia menjadi salah satu peserta perempuan dari dua peserta perempuan yang mengikuti ajang festival barista coffee Subang, ke 35 peserta lainnya laki-laki.
Meskipun barista perempuan terbilang jarang, apalagi di Subang, namun tidak menyurutkan semangat Atih untuk mengikuti festival tersebut.
Baca Juga:Linmas Garda Terdepan Pengamanan TPS, Kawal Proses Pungut HitungKPU Gandeng Faceboker Tekan Angka Golput
“Menjadi salah satu peserta wanita dalam sebuah kompetisi yang didominasi laki-laki lumayan seru sih. Apalagi di tempat kerja bikin kopi gak ditonton orang sebanyak ini, jadi adrenalin tertentu buat pemula seperti saya,” jelas Atih.
Atih mengaku, memliki ketertariakan untuk menggeluti dunia kebaristaan semenjak dirinya bekerja di Gracia, tepatnya dua tahun lalu. Sebelumnya Atih sama sekali awam dalam bidang ini, lambat laut seiring dengan tuntutan pekerjaan, dia semakin mendalami pekerjaannya.
“Saya pertama bikin kopi biasa aja, tehnik tubruk untuk tamu di Gracia. Dengan insting saja, bikin gitu. Semakin lama, saya semakin tahu bahwa ada banyak tehnik cara menyajikan kopi. Dari situ saya mulai tertarik mempelajari,” tambahnya.
Pada mulanya Atih menduga bahwa seorang barista bertugas hanya menyajikan kopi saja. Setelah mengetahui bahwa barista juga memiliki peran penting sebagai penghubung antara pencinta kopi dengan petani kopi, Atih semakin seurius mempelajari kopi.
Menurut Atih semacam ada kerja yang istimewa yang dikerjakan oleh barista. Bukan untuk kepentingannya sendiri saja, tapi kepentingan orang lain.
“Barista itu ada di bagian ujung, garda terdepan untuk memperkenalkan kopi kepada pencintanya. Kalau tidak ada barista, pencinta kopi tidak bisa menikmati biji kopi yang dihasilkan oleh para petani. Dengan adanya barista, petani kopi juga menjadi tenang karena kopi yang ditanamnya ada yang minum,” tambah Atih lagi.