Oleh Dahlan Iskan
Sepanjang hari kemarin saja hampir 500 km. Saya menyusuri jalan tol. Yang sudah lama ingin saya lalui. Yang videonya banyak beredar di Indonesia. Yang melintas di sela-sela gunung. Atau di sela sungai. Yang disebut “jalan tol di atas awan”.
Itulah jalan tol di wilayah pedalaman Tiongkok. Di dekat perbatasan. Antara Sichuan dan Yunnan. Antara Chengdu dan Kunming. Di ketinggian sekitar 1.500 meter.
Jumat kemarin adalah hari libur nasional di sana. Hari leluhur. Cing Ming. Atau, di Indonesia, sering disebut Cing Bing. Hari ke kuburan.
Baca Juga:Dandim 0619/Purwakarta Cek Kesiapan PemiluEdukasi Millenial Bangun Kesadaran Keluarga
Sudah lima tahun ini Tiongkok menjadikan Cing Ming sebagai hari libur. Rupanya, biar komunis juga harus mulai menghormati leluhur. Budaya ini ternyata tidak bisa dihapus oleh komunis sekali pun.
“Kita harus berangkat agak pagi,” ujar Pak Bei yang mengemudikan mobil kemarin.
“Kenapa,” tanya saya.
“Sangat mungkin jalan macet. Banyak orang ke kampung halaman,” katanya.
Benar saja jam 7.30 jalan di kota Chengdu sudah macet. Demikian juga ketika mulai masuk jalan bebas hambatan.
Dari jauh saya lihat ada gerbang tol. “Oh.. Itu dia. Macet karena antre bayar,” kata saya.
“Bukan,” jawab pak Bei. “Hari ini tol gratis,” tambahnya.
Hah? Tol gratis? Hari ini? Sejauh 500 km?
“Pemerintah menggratiskan jalan tol di setiap hari libur nasional,” kata pak Bei. “Di seluruh negara,” tambahnya. “Hanya truk dan bus yang bayar.”
“Bagaimana kalau liburnya satu minggu? Seperti di sekitar hari kemerdekaan itu?,” tanya saya.
“Tolnya juga gratis selama seminggu,” jawabnya.
Ups.
Sejak kapan?
Sudah sejak lima tahun lalu.”
Eman.
Eman?
Entahlah.
Yang jelas saya segera minta maaf padanya. Gara-gara mengantar saya ia tidak bisa ke kuburan kemarin.
“Tidak apa-apa. Jangan minta maaf,” katanya. “Saya sudah ke kuburan hari Minggu yang lalu,” tambahnya.
Baca Juga:Persatuan Istri Tentara (Persit) Kenang Jasa PahlawanDinas Pangan dan Pertanian Genjot Produktivitas Padi Organik
Saya agak lega. Ternyata bukan hanya ia yang ke kuburan lebih awal. “Banyak juga yang seperti saya. Tidak mau berjejal,” katanya.
Seperti Jumat kemarin. Terbukti memang sampai macet. Waktu ke kuburan itu memang pendek. Hanya pagi sampai sebelum jam 12 siang. Setelah itu dianggap tidak afdol lagi. Justru bisa celaka. Ibarat matahari sudah mulai surut.