PURWAKARTA-Miris, dalam dua pekan terakhir ini tiga kasus bayi malang terjadi di Kabupaten Purwakarta. Satu terjadi di Kecamatan Kiarapedes, dan dua lainnya terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan di Kecamatan Plered dan Kecamatan Babakan Cikao.
Di Kiarapedes, terjadi peristiwa memilukan di mana seorang ibu yang diduga depresi, tega mengubur hidup-hidup bayi perempuannya, Rabu (27/3) lalu.
Untung saja, bayi malang tersebut segera ditemukan adik ipar pelaku dan langsung membawanya ke puskesmas terdekat. Hingga akhirnya bayi malang itu dirujuk ke Rumah Sakit Bayu Asih dan mendapatkan penanganan dokter hingga saat ini.
Di Babakan Cikao terjadi peristiwa yang tak kalah memilukan.
Baca Juga:Bintara dan Tamtama Naik PangkatRatusan Lulusan SMK Ikuti Tes Magang PT Chemco
Sesosok bayi laki-laki baru lahir diperkirakan berusia 5 bulan kandungan ditemukan di sebuah kebun kosong, Senin (8/4).
Warga yang menemukan bayi malang itu langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Kemudian, bayi itu dirujuk ke Rumah Sakit Bayu Asih untuk mendapatkan penanganan lebih intensif.
Sayangnya, nyawa bayi yang ditubuhnya masih menempel ari-ari itu akhirnya meninggal dunia.
Masih di hari yang sama, bayi laki-laki berusia 7 bulan ditemukan di sebuah musala di Pasar Citeko Kecamatan Plered. Bayi yang tampak sehat itu diduga diterlantarkan orangtuanya.
Untung saja pihak kepolisian bergerak cepat dan berhasil menemukan orang tua dan kakek bayi malang itu. Saat ini kasusnya masih ditangani Polsek Plered.
Pasundan Ekspres pun menghubungi Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Purwakarta, Nur Aisah Jamil, untuk dimintai tanggapannya terkait ketiga peristiwa memilukan itu.
Saat dikonfirmasi, Aisah merasa prihatin terhadap sikap orang tua yang tidak bertanggungjawab dalam membesarkan anak.
“Semua pihak hendaknya bisa menjadi penyeimbang dan menyadari bahwa membesarkan anak itu adalah ibadah. Apa pun kondisinya, anak perlu mendapatkan hak dan perlindungan dari orang dewasa,” kata Aisah.
Menurutnya, tingkat emosi seorang perempuan dalam membesarkan anak, bisa tidak stabil dengan berbagai pengaruh. Di antaranya, karena faktor ekonomi dan daya dukung keluarga.
“Ada sejumlah upaya untuk mengatasi hal itu, di antaranya memberikan pemahaman kepada ibu pranikah atau pasangan suami istri, penguatan mental dari para pemuka agama, dukungan dari keluarga dekat dan hubungan sosial harus ditingkatkan karena faktor ekonomi bisa jadi pemucu utama,” ucap Aisah.(add/vry)