Mengenal Cyberculture
Budaya siber atau cyberculture beranjak dari fenomena yang muncul di ruang siber serta media siber. Melalui medium internet, pembentukan budaya siber berlangsung secara global dan universal. Di internet, pada dasarnya komunikasi dan/atau interaksi yang terjadi memakai medium teks, secara langsung hal ini akan memengaruhi bagaimana seseorang mengomunikasikan identitas dirinya di kehidupan virtual (virtual life) dan setiap teks menjadi semacam perwakilan dari setiap ikon diri dalam penampilan diri (Nasrullah, 2014: 140-143).
Melihat fenomena ini, manajemen kesan atau impression management dikembangkan Goffman untuk menggambarkan bahwa dalam penampilan diri sering kali individu ketika menjalani perannya di tengah masyarakat melakukan sesuatu untuk menampilkan kesan tergantung dari, apa yang disebut Goffman sebagai, “setting” dan “audience;” bahwa ketika individu melakukan manajemen kesan, maka individu akan berlaku secara sadar maupun tidak menampilkan citra yang diinginkannya dan berharap orang lain akan terkesan dengan apa yang telah dilakukan itu (Goffman, 1959/1990: 2, dalam Nasrullah, 2014: 144).
Berkaitan dengan manajemen kesan yang dikembangkan oleh Goffman, maka sangatlah tepat bahwa para pelajar yang ada di negeri kita merupakan pelajar yang sangat senang untuk menampilkan citra positif dirinya di media sosial. Tentu saja, para pelajar akan menampilkan dirinya seolah-olah dia adalah yang paling cantik, paling tampan, dan paling benar sendiri, sedangkan orang lain adalah paling buruk rupa, dan selalu salah.
Baca Juga:Tingkatkan Partisipasi Pemilih. GP Ansor Serukan Tidak GolputPabrik Imaji Gelar Membaca Karya Sastra
Pada akhirnya perilaku tersebut lah yang menyebabkan para pelajar saling melakukan bully. Media sosial memang akan membuat para pelajar menjadi tuhan yang tidak bisa di bantah sama sekali, sekalipun yang membantah adalah teman satu sekolahnya atau bahkan para guru di sekolahnya.
Maka dari itu, sekolah harus mengenal cyberculture yang pada saat ini sudah mendoktrin para pelajar untuk menjadi seseorang yang tidak mau kalah. Sekolah harus benar-benar menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Jangan biarkan para pelajarnya saling melakukan bully antara satu sama lain. Karenanya, sekolah jangan hanya mendidik siswa-siswinya untuk selalu menguasai pelajaran yang diwajibkan saja, tetapi juga sekolah harus mendidik agar para siswa-siswinya mempunyai kecerdasan dalam menggunakan media sosial.