LEMBANG-Harga tomat dari tingkat petani naik dua kali lipat hingga menembus Rp10.000 per kilogram, akibat terbatasnya pasokan dari sentra produksi. Padahal, normalnya harga tomat berkisar antara Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram.
Seorang petani di sentra pertanian Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), Iseng Suhendri mengatakan melambungnya harga tomat ini terjadi sejak bulan Maret lalu. Kenaikan harga disebabkan stoknya terbatas akibat tanamannya banyak yang rusak karena gangguan hujan. “Dari tingkat pengepul sudah dijual Rp11.000 per kilogram, kalau di pasar bisa mahal lagi. Diprediksi, harga tomat akan bertahan hingga bulan puasa,” katanya, Senin (15/4).
Dia menuturkan, tingginya intensitas hujan dalam sebulan terakhir ini menjadi penyebab lahan pertanian tomat seperti di Cibodas mengalami gagal panen. Menurut Iseng, tomat menjadi mudah busuk, terserang hama dan sebagian lagi mati karena terus menerus diguyur hujan. “Jumlah petani yang menanam tomat sedikit, paling ada beberapa orang saja, saya juga enggak tanam. Bagi yang tanam, melonjaknya harga tomat tersebut merupakan berkah, bisa mendapat untung yang lebih besar,” tuturnya.
Baca Juga:KPU Pastikan Pendistribusian Kotak Suara ke PPS Aman1.400 Personel TNI-Polri Digeser ke TPS
Tidak hanya tomat, harga sayuran burkoli pun merangkak naik menjadi Rp9.000 dan sawi Rp3.000 per kilogram. Dia menyebutkan, normalnya burkoli dijual Rp6.000 dan sawi Rp1,500 per kilogram. “Tomat, burkoli dan sawi adalah jenis sayuran yang mudah rusak karena terserang hujan sehingga sebabkan harganya jadi naik,” bebernya.
Sementara itu, para ibu rumah tangga mengeluhkan mahalnya bawang merah dan bawang putih. Di tingkat pengecer pasar, bawang putih kini dijual Rp35.000 dan bawang merah Rp40.000 per kilogram. “Harga bawang-bawangan mahal sekali. Untuk bahan masak, paling saya hanya membeli beberapa siung bawang saja. Enggak kuat jika harus beli sekilo,” kata Tati, 46, ibu rumah tangga di Lembang.
Dia menginginkan, pemerintah segera mengambil tindakan agar harga semua kebutuhan pokok, termasuk bawang bisa dijangkau masyarakat. Apalagi, kebutuhan bakal meningkat jelang bulan puasa. “Pokoknya, semua bahan pokok harus murah. Bisa terjangkau masyarakat,” tambah Tati. (eko/sep)