PURWAKARTA-PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb) terus mendorong debitur untuk berpola produktif melalui penyaluran program Kredit Guna Bhakti (KGB).
Salah satu yang merasakan manfaatnya adalah Rina Nurhayati Setiati SPd, pemilik Nafa Cafe di Jalan Sindang Kasih, Purwakarta. Rina merupakan Kepala Sekolah SDN 4 Ciseureuh, Purwakarta. Di balik pengabdiannya, dia juga saat ini memiliki dua tempat usaha, berupa kafe di Jalan Tengah dan Jalan Sindang Kasih.
Dia mengaku, usahanya itu terbantu karena Program KGB. Sebab, KGB memungkinkan untuk ASN/PNS untuk bisa berbisnis di luar tanggung jawab pekerjaan utama sebagai persiapan melanjutkan keberlangsungan ekonomi pasca pensiun.
Baca Juga:Belum Ada Perubahan, ARD Beri Raport Merah Kinerja BupatiDua Caleg Muda dari Dapil 7 Subang Dipastikan Lolos ke DPRD
Untuk diketahui, Kredit Guna Bhakti (KGB) diberikan khusus untuk debitur berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai BUMD dan pegawai swasta berpenghasilan tetap yang payroll-nya
gajinya telah atau belum disalurkan melalui bank bjb dan/atau tempat debitur bekerja telah memiliki perjanjian kerjasama dengan bank bjb dimana sumber pengembaliannya berasal dari gaji debitur yang digunakan untuk keperluan multiguna.
Dalam program KGB, angsuran kredit akan dipotong otomatis dari setiap gaji yang diterima pegawai setiap bulan. Besaran angsuran dapat disesuaikan dengan nilai penghasilan debitur yang mengacu pada tenor pengembalian. Untuk plafon pinjaman, dimulai dari nominal Rp 10 juta hingga Rp 500 juta. Adapun untuk tenor pengembalian dapat dimulai dari jangka waktu 12 bulan hingga 15 tahun.
”Untuk pengembangan kafe kedua ini, saya ambil plafond Rp 210 juta untuk 10 tahun,” kata ibu dua orang anak itu.
Rina mengungkapkan, cabang baru kafe keduanya itu bisa buka karena pinjaman dari bank bjb. Sebab, dalam perjalanan pembangunan, kafe di Jalan Sindang Kasih sempat tersendat karena kurang biaya untuk furnitur.
”Alhamdulillah, pinjaman dari bank bjb lewat program KGB sangat membantu sekali untuk keberlangsungan usaha saya,” ujarnya istri dari Solihin itu.
Seiring majunya usaha, dan hambatan yang pernah terjadi, Rina mengaku, sempat diiiming-imingi bunga rendah oleh rentenir. ”Alhamdulillah saya tidak terbuai dengan hitung-hitungan dari rentenir. Bilangnya bunga rendah, tapi setelah dihitung ulang, eh membelit juga,” urainya sambil menambahkan, dengan mudahnya persyaratan dia berharap bisa mengembangkan lagi cabang baru kafe miliknya.