Oleh : Risnawati
Guru SMPN 4 Subang
Sukses menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Barat dan mendapat penghargaan langsung dari Gubernur Jabar, kini SMPN 4 Subang tengah bersiap-siap untuk melompat ke tingkat nasional. Event ini telah menumbuhkan kesadaran bersama, tentang betapa pentingnya memelihara lingkungan sekolah. Bukan hanya untuk keindahan lingkungan, akan tetapi juga untuk kenyamanan belajar seluruh siswa.
Sejak dicanangkan menjadi sekolah adiwiyata pada akhir bulan februari 2019, sekolah langsung berbenah diri. Untungnya bagi sekolah, sejak tahun lalu sudah memulai program pengurangan volume sampah dengan menganjurkan seluruh siswa membawa alat makan dan minum sendiri dari rumah.
Anak OSIS mulai bergerak memeriksa seluruh kantong siswa setiap pagi. Kalau ada temannya yang tidak membawa alat makan dan minum, diingatkan dengan halus atau langsung dikumpulkan untuk mendapat pengarahan dari Pembina OSIS. Sedangkan untuk kantin, semua pengelolanya diundang berkumpul untuk bermusyawarah. Mereka diberi pengertian tentang bahaya sampah plastik dan bahan styrofoam yang susah dihancurkan, selain tidak sehat juga untuk makanan. Selain itu, anjuran ini bersifat ekonomis, karena bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang.
Baca Juga:182 Lahan Terdampak Pembangunan Pelabuhan Patimban Segera Diganti RugiH. Manaf Optimis Jadi Wakil Rakyat Dapil V Subang
Alhasil, sekolah sudah mulai bisa mengurangi volume sampah palstik dan styrofoam, termasuk sedotan minuman sampai 80 %. Tinggal sampah plastik kemasan minuman yang bersifat ekonomis dan bisa didaur ulang yang memenuhi tempat sampah di Sekolah. Hal itu sengaja dibiarkan, karena manfaat ekonomisnya lebih terasa. Bahkan pihak sekolah pun sudah merintis bank sampah sejak tahun lalu. Sayangnya pelaksanaan program ini tersendat-sendat dan sering tertunda.
Pembuatan Biopori dan Taman Eskul
Bukan hanya kepala sekolah dan guru juga staf TU saja yang giat menata lingkungan, tapi peran serta siswapun bisa dibilang cukup besar. Setelah dianalisis, masalah paling krusial yang dihadapi yaitu seringnya banjir halaman kelas di saat hujan mengguyur. Hal ini menyebabkan banyaknya taman-taman kelas yang rusak. Sejak itu mulai membuat biopori di setiap sudut sekolah yang rawan genangan air. Sampai saat ini sudah ada 48 biopori , sehingga lahan-lahan yang biasa digenangi air setelah turun hujan, mulai bisa diatasi.