Petani Tunda Jual, Jemur Padi Sendiri
PUSAKAJAYA– Padi di Kecamatan Pusakajaya mulai masuki masa panen. Total hingga saat ini secara keseluruhan sudah 323 hektare lahan yang di panen yang tersebar di 5 Desa.
Kepala UPTD Pertanian Pusakajaya Surni SP menuturkan, untuk musim panen kali ini kualitas padi sendiri terbilang bagus. Hanya saja permasalahan yang dihadapi petani soal harga padi yang terjun bebas.
“Petani mengeluhkan harga gabah yang anjlok, kalau secara kualitas produksi terbilang bagus juga musim ini,” jelas Surni.
Baca Juga:Jelang Puasa Karang Taruna Bersihkan MasjidSMAN 1 Purwadadi Jawara Mojang Jajaka Subang
Surni menambahkan, untuk harga gabah padi sendiri untuk varietas Ciherang berkisar Rp 35000-370000 per kwintal sedangkan untuk Ketan mencapai Rp 420.000/kwintal.
“Harganya jatuh itu yang dikeluhkan petani, apalagi hujan juga masih sering terjadi. Petani kesulitan menjemurnya,” ungkap Surni.
Lalu mengenai perkembangan hama, untuk musim tanam kali ini relatif bisa tertangani. Hama yang menyerang lahan pertanian di Desa Karanganyar beberapa bulan lalu pun telah ditanami padi kembali.
“Karang anyar yang terkena tius sudah ditanami lagi, sekarang hama tertangani,” terangnya.
Sementara itu di Compreng, musim panen kali ini juga dihiasi keluhan petani mengenai anjloknya harga gabah. Menurut Kepala UPTD Pertanian COmpreng Edi Sugandi menuturkanhingga saat ini panen di kec. Compreng sudah mencapai 60% dari toal luas lahan 5126 hektare dengan hasil lumayan bagus.
“Yang belum panen Desa Jatimulya sama Kalensari,” kata Edi.
Menurut Edi yang menjadi keluhan petani saat ini adalah harga gabah yang turun anjlok dari mulai Rp350.000/kwintal hingg Rp 430,000/kwintal harga yang paling tinggi. Padahal pada musim panen sebelumnya harga gabah sudah mencapai Rp 600.000/kwintal.
“jadi ada kendala hujan, akibatnya petani merasa agak sulit menjual, cara penjualanya agak sulit bagi petani,” terangnya.
Baca Juga:REAF Gelar Pagelaran Seni BudayaKartika Residence Gelar Kartika Fiesta 2019, Undi Grand Prize 1 Unit Xpander
Ketua KTNA Kecamatan compreng Warsono Adiwijaya, juga mengeluhkan anjloknya harga gabah saat ini. Padahal biaya operasional yang digunakan sudah sangat tinggi, termasuk harga pupuk dan pestisida.
“Sehingga banyak petani yang membawa pulang gabah dan menjemurnya sendiri,” kata Warsono
Senada dengen Edi, salah satu petani Raswan mengaku sangat merasakan dampak anjolknya harga gabah ini. Apalagi modal yang ia gunakan untuk bertani merupakan hasil pinjaman.