KJL Art Kreasikan Lampion Ukir Limbah Paralon
Tidak semua orang memiliki ide kreatif seperti sekelompok anak muda asal Wantilan. Mereka yang tergabung dalam sebuah nama kelompok KJL Art, memanfaatkan limbah pipa saluran air atau paralon untuk dijadikan barang yang memiliki nilai ekonomis.
LAPORAN: INDRAWAN, Wantilan Cipeundeuy
Dialah Yono. Pemuda desa Wantilan yang menginisiasi kawan-kawannya tergabung dalam kelompok pengrajin lampion ukir berbahan baku limbah paralon. Pria 35 tahun itu mengawali kegiatan mengukir dari iseng dan coba-coba saja. Tak disangka, dari iseng dan coba-coba itu malah menghasilkan pundi-pundi rupiah.
“Sehari-hari saya mengajar sebagai guru matematika di salah satu SMK di Cipeundeuy. Melihat banyak kawan-kawan saya di sekitar rumah susah cari kerja, dan hanya menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif. Iseng-iseng saya ajak bikin kerajinan. Awalnya mereka cuek. Seiring berjalannya waktu, alhamdulilah banyak yang bergabung,” jelas Yono, ketika Pasundan Ekpres bertanya bagaimana awal mula Yono terjun dibidang ekonomi kreatif lampion ukir tersebut.
Baca Juga:PLN Pastikan Bulan Ramadan Tidak Ada PemadamanDiduga Biarkan Money Politic, Bawaslu: Proses Gakumdu
Yono mengaku, mempelajari cara mengukir paralon untuk dijadikan lampion itu dari internet. Melalui tayangan youtube dia belajar dengan peralatan sederhana. “Hasilnya lumayan bagus,” katanya.
Ketika dia perlihatkan pada kawan-kawannya, mulailah semangat dan motivasinya tumbuh pesat untuk seurius menggeluti bidang lampion ukir bahan limbah paralon tersebut. Kisaran harga yang ditawarkan oleh Yono dan kawan-kawan untuk lampion ukir karyanya juga cukup beragam. Dimulai dengan harga Rp 50.000, bahkan hingga Rp 200.000, tergantung tingkat kesulitan pembuatannya.
“Modalnya murah, cuma Rp 4.000 satu kilo, untuk beli paralon bekas dari loakan. Alhamdulilah menghasilkan ratusan ribu rupiah,” jelasnya.
Yono mengaku, tidak pernah berharap lebih dari apa yang sedang saat ini dia dan teman-temannya rintis. Dia hanya melakukan hal tersebut dengan sepenuh hati dan ikhlas sebagai mata pencaharian tambahan, pada sela-sela jadwal mengajarnya saja. Selain itu juga memberikan peluang usaha untuk pemuda-pemuda dikampungnya. Menurutnya jika ada harapan, disitu pasti ada kekecewaan.
“Kita fokus saja kembangkan hasil karya kita. Urusan rezeki sudah Allah yang atur,” tambah Yono.