Di sisi lain para pemuda pemudi generasi harapan bangsa tengah melaksanakan UNBK (Ujian Nasinal Berbasis Komputer) serentak baik tingkat SMP/MTS pada tanggal 22-25 April 2019, USBN (Ujian Sekolah Berbasis Nasional) serentak baik tingkat SD/MI/SLB/Ponpes pada tanggal 22-24 April 2019, mereka sedang berjuang membuktikan asa dan kemampuan untuk lulus pada ujian nasional dan keluar sekolah dengan menjadi putra putri terbaik generasi penerus cita-cita bangsa ini. Pihak penelenggara ujian, pengawas dan peserta ujian semuanya memaksimalkan ikhtiar dan kinerjannya demi tugas dan kewajiban kemajuan dunia pendidikan bangsa ini. Ujian Nasional memang bukan satu-satunya yang menjadi penentu kelulusan para peserta didik, tetapi semuanya diserahkan kepada sekolah/madrasah penyelenggara pendidikan yang berhak meluluskan ataupun mentidak luluskan peserta didiknya.
Kenyataanya, di sekolah masih banyak ditemui ketidak percayaan diri baik dari sekolah selaku penyelenggara ujian maupun peserta didik selaku peserta ujian. Tata tertib pengawas dan peserta ujian pun hanya sebatas hitam diatas putih saja hanya sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa adanya penegakan peraturan bersama-sama, sikap yang penting tahu sama tahu telah mengakar. Kalau para calon pemilu mereka berlomba-lomba dengan para kontestasinya dalam merebut suara dan dukungan dalam pemilihannya menebarkan visi misi, program kerja dan janji kampanye dimana-mana jika mereka terpilih nanti sebagai para wakil rakyat. Kampanye terbuka dan tertutup pun terjadi dimana-mana, mulai dari Tim sukses, simpatisan baik perorangan maupun organisasi kemasyarakatan dan parpol semuanya memberikan dorongan dan dukungan kepada para calon yang di usungnya guna meyakinkan para pemilih.
Begitu pula dengan para peserta didik yang menjadi peserta ujian nasional. Mereka membuktikan kemampuan diri mereka sendiri dengan giat belajar dan rajin latihan ujian walaupun memang masih ada para peserta ujian nasional yang belum percaya diri dengan kemampuan dirinya sendiri sehingga tata tertib dan peraturan ujian hanya dianggap symbol-simbol semata. Budaya mencontek saat ujian dianggap hal yang biasa. Membagikan kunci jawaban ujian sering kali dilakukan sekalipun harus mempertaruhkan nama baik instansi. Demi gengsi daerah, masa depan anak – anak kita pun terpaksa dikorbankan.