KARAWANG– Hj Meitri Citra Wardani, Calon Legislatif dari Partai Hanura begitu sumringah menyambut para tamu undangan yang datang ke kediaman mertuanya saat acara syukuran atas kemenangannya di daerah pemilihan (dapil) 6 Karawang yang juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Sabtu (4/5) di Loji Kecamatan Tegalwaru.
Hj Meitri atau yang akrab disapa Nita ini mendulang suara pribadi 9.902 dan dipastikan akan menjadi satu-satunya Caleg Partai Hanura yang akan duduk di Parlemen Kabupaten Karawang.
Nita sendiri ternyata baru menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2017 lalu di Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Kemudian, pada akhir tahun 2018 lalu Nita resmi menikah dengan Sugih Laksana Putra asal Loji, Tegalwaru.
“Beberapa tahun ke balakang ini memang momen yang sangat membahagiakan. Saya lulus kuliah, kemudian berangkat haji, menemukan pendamping hidup (menikah) dan kini mendapatkan kepercayaa dari masyarakat saat nyaleg dari Partai Hanura,” ujar Nita, perempuan kelahiran 3 Mei 1994 ini.
Baca Juga:Deklarasi Kemenangan Capres dan Cawapres Sepi PesertaPleno KPU Akhirnya Selesai
Bermodalkan aktif di dunia kampus. Nita yakin bisa mengimplemantasikannya ketika nanti dia duduk di legislatif Karawang. “Banyak sekali program yang sudah saya siapkan. Tapi, itu pun setelah saya resmi benar-benar menjadi Anggota DPRD Karawang nanti,” kata dia.
Terutama, lanjut dia, perihal permasalahan pendidikan di Karawang. Nita merasa terpanggil untuk membenahi sektor pendidikan di Karawang. Karena, menurutnya, pendidikan merupakan sektor yang fundamental dan membutuhka konsentrasi khusus. Jika pendidikan di Karawang ini bagus, maka akan sendirinya akan menciptakan personal-personal yang mumpuni yang berimbas kepada peningkatan perekonomian masyarakat dan peningkatan taraf hidup.
“Kalau saya nanti duduk di legislatif. Sektor pendidikan lah yang akan saya fokuskan,” tuturnya.
Dia berkeyakinan, jika sebagus apa pun program pengentasan kemiskinan kalau kemandirian perekonomian tidak ditumbuhkan, maka akan lama tercapai.
“Pendidikan lah salah satunya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” tutur Nita yang didampingi suaminya itu.
Lain-lainnya Nita tertarik dengan pembenahan prosedur birokrasi yang dinilai menhingungkan. Dia mencontohkan, sekarang ini untuk mengajukan sebuah perizinan dinilai susah dan banyak faktor non teknis yang memberatkan pelaku usaha. “Maklum, papah saya kan pengusaha jadi sedikit banyaknya tau prakrek di lapangan kaitan sebuah perizinan. Jadi, teori sama praktek sangat beda jauh,” timpalnya.