PURWAKARTA-Ketua Bidang Sumber Daya Manusia TQN Cermin Hati, Kyai Aba Farhan mencoba memaparkan makna di balik Puasa Ramadhan. Menurut dia, puasa merupakan salah satu metode untuk memelihara panca indera dari input negatif yang masuk ke dalam diri manusia.
Kyai Aba berpendapat, terdapat lima panca indera utama yang dimiliki manusia. Yakni, telinga sebagai indera pendengar, hidung sebagai indera pencium, mata sebagai indera penglihat, lisan sebagai indera pembicara. Terakhir, kulit sebagai indera perasa. Menurut pria yang akrab disapa Aba itu, segala sesuatu yang terasa oleh panca indera tersebut akan menghiasi alam pikiran manusia.
“Guru kami, Pangersa Aa, di Majelis Dzikir Cermin Hati selalu memberikan pesan tentang hati. Beliau mengisyaratkan bahwa panca indera ini berfungsi karena ada hati sebagai jiwa dan rasa. Jadi, saya kira asupan untuk jiwa kita itu harus baik. Puasa adalah salah satu metode untuk memelihara asupan yang masuk ke hati melalui panca indera kita,” katanya saat ditemui di majelisnya. Tepatnya, di Jalan Raya Sadang, Purwakarta, Selasa (7/5/2019).
Baca Juga:Pentingan Mencegah Stunting sebelum HamilPemda Dianggap Anak Tirikan Guru Madrasah
Kyai Aba menekankan, tidak sembarang puasa mampu sampai kepada tahapan pemeliharaan panca indera. Derajat puasa khawas (khusus) ini hanya mampu diraih oleh para pengamal dzikir yang diberikan oleh guru yang bersilsilah. Pria yang lekat dengan iket Sunda itu pun menyebut bahwa memiliki dzikir yang diajarkan oleh guru merupakan fardhu ‘ain.
“Ada dogma begini, wah ini sih puasa para wali, kita kan orang awam jadi gak akan bisa. Itu para ustadz dan masyarakat umum biasanya bilang begitu. Pernah gak kita berpikir bahwa para wali itu pun tadinya sebelum jadi wali ya awam juga toh?. Artinya, ini semua by proses dan proses menuju puasa khawas ini adalah metode Dzikrullah,” ujarnya.
Kedahsyatan Dzikir Suara Keras
Terkait dzikir, Kiai Aba mengungkapkan bahwa metode dzikir “Laa Ilaaha Illallah” dengan suara keras merupakan kuncinya. Menurut dia, gelombang suara yang dihasilkan dari dzikir tersebut menjadi alat terapi bagi seluruh panca indera. Seluruh unsur negatif akan hilang sehingga unsur yang masuk ke dalam panca indera bersifat positif. Alhasil, dimensi jiwa dan rasa dalam hati akan terhiasi dengan energi positif. Menurut Kiai Aba, energi hati tersebut menggerakan pikiran dan seluruh anggota tubuh manusia.