“Dzikir dengan suara keras kan dianggap bid’ah. Itu yang mengatakan bid’ah omong kosong itu. Silsilah dzikir ‘Laa Ilaaha Illallah’ dengan suara keras sampai kok ke Rasulullah. Kalau dzikir jahar (suara keras) maksimal, ini bentuk terapi bagi jiwa dan raga kita sekaligus. Hasilnya, ada energi positif yang menghiasi diri kita,” katanya.
Kyai Aba menyebut bahwa derajat taqwa yang dijanjikan Allah bagi orang berpuasa hanya bisa diraih melalui metode ini. Tanpa metode dzikrullah, kecil kemungkinan ketaqwaan menjadi pengalaman spiritual umat Islam. “Agama itu, ada yang sekedar jadi pengetahuan, ada yang jadi pemahaman, ada yang jadi pengalaman. Puncaknya itu jadi pengalaman, maka taqwa itu harus dialami. Gak usah ribut-ribut jadi orasi, masukan taqwa itu menjadi pengalaman hidup melalui Dzikrullah,” ujarnya. (mas/sep)