Sampai pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, kelepasan bicara. Anak asuhnya itu ia sebut sebagai “f**ck monster”. Saking hebatnya. Klopp pasrah kalau ucapannya di depan TV itu akan mengakibatkan jatuhnya sanksi. “Ini sudah jam 22.30. Semoga anak-anak sudah pada tidur,” ujarnya menyesali semoga ucapannya itu tidak ditiru anak-anak kecil.
Liverpool tinggal tunggu siapa lawannya di final kelak. Mungkin Cinderella baru Ayax dari Amsterdam. Atau, siapa tahu, klub sekampungnya dari Inggris: Tottenham. Tunggu hasil semifinal nanti lewat tengah malam.
Tapi, sebenarnya disengaja atau tidak sih, perbuatan Arnold tadi?
“Tiba-tiba saja saya melihat peluang itu. Lalu saya balik dan menendang,” ujar Arnold kepada TV Liverpool.
Baca Juga:PDIP Raih Suara Terbanyak, PKPI Paling SedikitPDIP Unggul di KBB, PKS Pimpin DPRD
Saya tidak bisa tidur setelah pertandingan itu. Terlalu semangat. Terbayang terus perbuatan Arnold di pojok lapangan itu. Akhirnya saya putuskan keluar hotel. Sudah hampir jam lima pagi. Saya pun ke tepian Sungai Mekong. Banyak orang senam di situ. Saya bisa gabung berolahraga bersama orang Phnom Pehn.
Saya juga ingat sedihnya para pendukung Liverpool. Pekan lalu. Saat nonton bareng di hotel Ibis Tamarin Jakarta. Menang selalu tidak bisa menghabiskan pujian. Kalah selalu tidak kekurangan celaan. (*)