Oleh : I Wayan Suwekatama, S.K.M.,
Mahasiswa pendidikan program studi magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta
Kesehatan merupakan faktor penting untuk mendukung daya saing bangsa. Sebuah bangsa yang maju dan memiliki peradaban tinggi menaruh perhatian besar terhadap sektor kesehatannya. Bangsa dengan kualitas kesehatan yang baik akan memiliki produktifitas yang tinggi, sehingga bisa ikut menjadi pemain penentu dalam setiap revolisi yang terjadi.
Kondisi kesehatan saat dewasa sangat dipengaruhi status kesehatan sejak dalam kandungan. Seringkali kita mendengar istilah 1000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan), yaitu masa ketika mulai terjadi pembuahan di dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Sebuah periode yang sangat penting untuk mengawali kehidupan, periode emas yang sangat menentukan kualitas hidup pada usia selanjutnya. Bila terjadi gangguan kesehatan dan tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, dikhawatirkan masalah tersebut akan terbawa sepanjang hidupnya.
Baca Juga:Pemda Dianggap Anak Tirikan Guru MadrasahBaju Baja Belum Maksimal
Saat ini Indonesia mengalami permasalahan kesehatan anak yang cukup memprihatinkan. Masalah utama yang dialami adalah stunting, yaitu suatu kondisi dimana anak balita tidak mencapai potensi tumbuh yang diharapkan. Balita yang mengalami stunting akan memiliki tinggi badan jauh di bawah rata-rata tinggi badan anak seusianya. Stunting merupakan manifestasi dari kondisi kekurangan gizi yang dialami balita pada periode 1.000 HPK, yaitu sejak terjadinya pembuahan di dalam kandungan sampai berumur 2 tahun.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi balita indonesia yang pendek dan sangat pendek berada pada angka 30,8%, artinya 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini masih berada di atas standar yang ditetapkan badan kesehatan dunia (WHO), yaitu diharapkan prevalensi stunting setiap negara berada dibawah angka 20%.
Terjadinya stunting pada anak disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dan akibat menderita penyakit infeksi. Kekurangan asupan gizi bisa terjadi sejak anak berada di dalam kandungan, akibat ibu yang mengandung mengalami anemia, Kekurangan Energi Kronis (KEK), dan Kekurangan Energi Protein (KEP). Masa kehamilan merupakan periode yang sangat krusial, dimana janin mengalami pertumbuhan organ yang harus didukung dengan asupan gizi yang cukup.