Betapa mirisnya bila ibu hamil mengalami kekurangan gizi, sedangkan untuk memeuhi kebutuhan tubuhnya sendiri saja belum cukup apalagi untuk berbagi dengan bayinya. Kekurangan gizi juga dapat terjadi pada saat setelah dilahirkan, seperti pada kasus bayi yang tidak mendapatkan asi eksklusif serta makanan pendamping asi yang baik.
Kondisi stunting juga dapat disebabkan akibat penyakit infeksi, karena kondisi sanitasi lingkungan yang buruk seperti tidak tersedianya jamban dan sumber air bersih yang memadai. Anak yang sering mengalami penyakit infeksi tidak dapat menyerap gizi dengan baik, sehinga kondisi ini dapat berujung pada kekurangan gizi. Selain itu stunting juga memiliki keterkaitan dengan akses terhadap pelayanan kesehatan dan ketahanan pangan keluarga.
Penderita stunting yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan mengalami dampak yang panjang selama hidupnya. Stunting terjadi pada masa 1.000 HPK yaitu periode yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, balita yang mengalami stunting tidak dapat mencapai potensi otak yang optimal. Kondisi ini akan berpengaruh pada perkembangan kognitifnya, sehingga daya tangkap anak menjadi kurang maksimal yang berujung pada rendahnya daya saing.
Baca Juga:Pemda Dianggap Anak Tirikan Guru MadrasahBaju Baja Belum Maksimal
Selain berpengaruh pada perkembangan otak, stunting juga mempengaruhi imunitas dan fungsi organ. Anak yang mengalami stunting memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita penyakit infeksi serta penyakit degeneratif (diabetes, stroke, dan penyakit jantung koroner) pada usia dewasa. Tinginya angka kesakitan akan menjadi beban bagi keuangan negara untuk pembiayaan kesehatan.
Saat ini pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang besar pada permasalahan stunting. Hal ini dapat dilihat dengan diluncurkannya program lokus stunting yang di bawahi langsung oleh Wakil Presiden dan diintegrasikan dengan lintas sektor pada Kementerian terkait. Pemerintah telah menetapkan 160 Kabupaten Kota yang menjadi sasaran lokus sesuai dengan tingkat keparahannya.
Intervensi stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan yang menangani intervensi spesifik (imunisasi, posyandu pemberian tablet fe, dan pemberian makanan tambahan) namun diperlukan upaya integrasi dengan sektor di luar kesehatan untuk menjalankan intervensi sensitif. (ekonomi, sosial, pangan, pertanian, pemberdayaan perempuan, sarana sanitasi, agama, pendidikan, dll.)