Yang terakhir adalah kolaborasi. Kolaborasi mutlak dibutuhkan pada abad ini. Guru di sekolah menerapkan pembelajaran yang melatih peserta didik agar bisa bekerja sama dengan orang lain. Melalui pembelajaran cooperative learning memungkinkan peserta didik terlatih bekerja sama, berkelompok, dan membangun jejaring.
Secerdas apapun, sepintar apapun manusia membutuhkan orang lain atau pihak lain agar lebih maju dan berkembang. Tidak ada seseorang yang maju karena dirinya sendiri. Pada abad ke-21 dibutuhkan keterampilan dalam berkolaborasi, menjalin networking atau membangun jejaring sehingga dapat maju dan berkembang bersama. Berkolaborasi dengan pihak-pihak tertentu yang menunjang kemajuan kita. Dengan demikian akan mudah mengkomunikasikan ide/gagasan dan karya.
Keempat kompetensi yang dijelaskan di atas tidak terlepas dari literasi. Literasi yang diartikan sebagai keaksaraan memiliki enam jenis, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi finansial, literasi sains, literasi kewarganegaraan, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi. Bila keenam aspek tersebut dapat dikuasai oleh SDM terutama generasi di abad ke-21 maka generasi tersebut dapat mengikuti perkembangan pada abad itu.
Baca Juga:Jalan Beton Pantura Mulai Dilintasi, Jalur Lambat Belum RampungDesa Rancahilir Rencanakan Bangun Jalan dan Rutilahu
Satu hal yang mutlak dikuasai paling sedikit dan sebagai dasar yaitu literasi baca tulis. Literasi baca tulis menjadi fondasi bagi literasi-literasi lainnya. Oleh karena itu literasi baca tulis sangat penting bagi generasi pengisi pembangunan pada abad ke-21. Dengan literasi baca tulis SDM akan melek literasi-literasi lainnya. Guru di sekolah harus mampu menumbuhkan minat baca bagi peserta didiknya. Kegiatan membaca dapat dilakukan di sekolah-sekolah baik dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penanaman pembiasaan dilakukan tiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai, siswa membaca non pelajaran selama 15 menit. Buku yang dibaca berupa dongeng, atau cerita fiksi lain, Koran, majalah, atau pengetahuan umum yang bersifat popular. Atau kegiatan ekstrakurikuler klub membaca atau majalah dinding sekolah. Apalagi pemerintah telah mengatur Gerakan Literasi Nasional.
Dengan kecintaannya peserta didik pada membaca akan memungkinkan mereka untuk dapat menulis. Dengan demikian pengetahuan mereka bertambah, wawasan bertambah, dan cara berpikir pun akan berubah. Kecintaan membaca bukan saja di lingkungan sekolah, tapi dapat berkembang pad lingkungan luar sekolah. Menular pada lingkungan keluarga, teman, tempat-tempat umum, tempat-tempat nongkrong, di kendaraan, dan sebagainya sehingga orang akan malu bila tidak membaca.