Oleh : Swi Idayati Simanjuntak, S.S,
Guru di Perguruan Sutomo 1 Medan, Mahasiswa Berprestasi UNIMED bidang Debat Bahasa Inggris tahun 2013 & 2014
Sebutan milenial sedang ramai digunakan sekarang ini dan sangat erat kaitannya dengan siswa, teknologi, bahasa dan gadget. Berbicara tentang penggunaan gadget, penggunaan aplikasi instagram kini jadi salah satu aplikasi yang sangat didominasi oleh kaum milenial.
Aplikasi ini memang sangat digandrungi oleh siswa karena selain bisa mendapatkan informasi juga bisa berbagi momen atau gambar yang disertai dengan caption atau keterangan gambar yang menarik. Namun ada hal yang menarik saat ini yakni ramainya penggunaan bahasa inggris dalam caption postingan.
Baca Juga:Harga Sayuran Mulai Turun, Masyarakat Ingin Tetap StabilHari Pertama Sekolah Langsung Ulangan
Tentu hal ini jadi hal yang membanggakan untuk dipublikasikan di media sosial karena kerap sekali kita mengganggap bahwa postingan yang berbau Bahasa Inggris akan terlihat lebih keren atau swag. Namun pertanyaannya, sebandingkah penilaian ini dengan prestasi siswa dalam penggunaan bahasa Inggris terkhusus di bangku sekolah? Benarkah anak milenial yang acap kali menggunakan caption bahasa Inggris sudah benar-benar mampu berbahasa Inggris?
Ini jadi sesuatu yang dilematis terkhususnya kepada guru-guru ketika mengetahui bahwa anak didiknya tidaklah sekeren caption berbahasa Inggris mereka. Hal ini terbukti dalam penelitian tahunan English Proficiency Index (EPI) yang diselenggarakan oleh Education First (EF) bahwa kemampuan berbahasa Inggris masyarakat Indonesia menurun dibanding tahun sebelumnya.
Saat ini Indonesia hanya menempati peringkat 51 dari 88 negara sementara tahun sebelumnya menempati urutan 39 dengan penurunan skor menjadi 51,58 dari sebelumnya 52,14. Sementara untuk kawasan Asia, Indonesia hanya menempati posisi 13 dari 21 negara dan masih berada di bawah nilai rata-rata kecakapan bahasa Inggris kawasan Asia (53,94). Indonesia bahkan masih berada dibawah Vietnam (53,12).
Sangatlah miris ketika di jaman yang seharusnya sudah siap untuk menghadapi era 4.0 namun ternyata kemampuan berbahasa Inggris di Indonesia masih dalam kategori di bawah rata-rata. ‘Practice makes perfect’, alah bisa karena biasa. Pepatah ini sungguh benar adanya, diperlukan latihan dan pembiasaan agar siswa bisa menguasai bahasa Inggris dengan benar dan tepat.
Namun tentu saja jam di kelas tidaklah cukup mengingat banyaknya jumlah siswa dan rencana pembelajaran yang harus di jalankan dalam proses belajar mengajar. Di sinilah salah satu peran sekolah dibutuhkan untuk mendorong keterampilan siswa dalam bahasa Inggris.