LEMBANG-Sejumlah penyandang tuna netra perwakilan dari tiap daerah di Jabar mengikuti kegiatan Al Quran Braille Camp 2019 di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Al Quran Braille Camp yang bertema mengaji dan menguji diadakan selama 5 hari dari Rabu (8/5) hingga Minggu (12/5) dan diikuti oleh sekitar 30 orang. Kegiatan ini bertujuan agar para penyandang tuna netra mampu membaca serta menulis Al Quran braille. “Bagi teman-teman yang sudah diberi wakaf Al Quran braille, sejauh mana kemampuan mereka dalam memanfaatkan, terutama dalam membaca Al Quran braille. Jangan sampai Al Quran sudah diberikan, tapi tidak dimanfaatkan, jangan sampai mubazir,” kata ketua pelaksana Al Quran Braille Camp, Yayat Ruhiat, Kamis (8/5).
Di bulan Ramadhan kali ini, pihaknya membagikan sebanyak 250 set Al Quran braille bagi penyandang tuna netra di daerah Bogor, Jakarta, Bekasi, Indramayu dan beberapa lembaga di luar Jabar. Nantinya, bagi yang sudah mengikuti Al Quran Braille Camp, mereka juga diharapkan bisa menularkan kemampuan di daerahnya masing-masing karena sudah memiliki potensi dalam membaca Al Quran braille.
Baca Juga:Disnakertrans Buka Posko Pengaduan THRTarget Turunkan Prevalensi Stunting
“Nah kita mencoba lebih mensuport dari sisi keilmuannya, karena kita juga menghadirkan ahli Al Quran dari sisi teoritis. Selain itu, kita juga sudah punya pedoman baca tulis Al Quran, itu juga disosialisasikan sehingga mereka betul-betul ada standar, pedoman dalam mempelajari Al Quran braille,” bebernya.
Senada dengan yang disampaikan Ketua Ummi Maktum Voice, Entang Kurniawan, dia menyebutkan, jumlah penyandang disabilitas yang bisa membaca Al Quran braille hingga saat ini relatif masih sedikit. Oleh sebab itu, menurut Entang, melalui kegiatan ini, para peserta nanti saat kembali ke daerahnya bisa menyalurkan ilmu ke teman-temannya agar semakin banyak yang bisa membaca Al Quran braille.
“Persentase 0 koma sekian persen, sangat sedikit. Data statistik Kementrian Sosial, Kementrian Pendidikan dan Kementerian Agama sama semuanya, menyebutkan 1,5 persen penduduk Indonesia adalah tuna netra, dan yang sudah terakses pendidikan masih di bawah 10 persen,” ungkapnya.
Entang menambahkan, masih sedikitnya jumlah penyandang tuna netra yang bisa membaca Al Quran braille ini erat kaitannya dengan akses pendidikan serta lain-lainnya yang masih belum tersedia di setiap daerah. “Hingga sekarang, baru sekitar 20 ribuan dari total 2 juta Al Quran braille yang sudah disebar ke berbagai daerah di Indonesia. Masih banyak yang belum memiliki,” ujarnya. (eko/sep)