Oleh : Ust. Suryana, S.Hi
Kepala KUA Cibogo Subang
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia tentunya bangsa ini menjadi sorotan baik dari aspek kehidupan, pergaulan dan juga ibadahnya. Bangsa yang dikenal santun, rukun dan toleran ini pasti menjadi pusat perhatian dan anutan bangsa lain, sehingga momentum Ramadhan tahun ini
terasa menjadi ujian bagi kerukunan dan kesantunan warga masyarakatnya setelah berbulan-bulan diwarnai persaingan antar kontestan yang suka tidak suka, mau tidak mau telah diwarnai dengan perdebatan, psywar atau bahkan provokasi-provokasi bernuansa agama yang berpotensi memecah belah bangsa serta semoga tidak menggangu kekhusyuan ibadah kita.
Sebagaimana kita fahami bersama bahwa puasa yang dalam istilah ulama kita disebut dengan syariah qadimah atau ajaran yang juga diberlakukan oleh Alloh SWT kepada umat-umat terdahulu, bukan hanya untuk umat Rasulullah Muhammad SAW.
Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ 6 / 247 telah mendefinisikan shiyam (shaum/puasa) adalah sebagai menahan diri, setiap bentuk menahan diri dan diam disebut puasa. Secara pandangan syariat puasa adalah menahan diri dari hal-hal tertentu (yang membatalkan puasa) dimasa tertentu (yaitu Ramadhan) dan orang tertentu.
Baca Juga:Pentingnya Komunitas Debat Bagi MilenialHarga Sayuran Mulai Turun, Masyarakat Ingin Tetap Stabil
Untuk itulah puasa ramadhan diharapkan menjadi peredam sekaligus momentum untuk dapat terus membina kerukunan dan menyemai kedamaian, karena meminjam istilah ulama bahwa Ramadhan adalah rangkaian bulan penuh keberkahan, diawali rajab sebagai bulan persemaian, kemudian sya’ban adalah bulan memupuk dan ramadhan adalah bulan memanen, ditambah esensi puasa sesungguhnya adalah untuk menahan diri agar kita tidak melanggar ketentuan – ketentuan syariat.
Puasa menurut hemat penulis juga adalah ibadah yang multi dimensi, setidaknya puasa memiliki dimensi tarbiyyah atau pendidikan, dimensi muamalah atau ekonomi serta dimensi ukhuwwah atau rasa persaudaraan.
Dimensi Tarbiyyah sangat kental sekali terasa karena sesungguhnya sebagaimana tujuan yang termaktub dalam surat Albaqoroh ayat 183 adalah membentuk manusia yang bertaqwa. Maka tidaklah heran di bulan Ramadhan ini Mesjid, Musholla, Langgar senantiasa penuh dengan kegiatan-kegiatan ibadah, mulai dari Tarawih berjamaah, Tadarusan Al-Quran, Pesantren kilat, Ngaji pasaran dsb. Banyak sekali hikmah dibalik makan sahur, menahan lapar dan haus, menahan dari perbuatan tercela, berbuka puasa, shalat tarawih, tadarusan dan seterusnya, itu semua adalah untuk melatih diri kita baik melatih secara fisik agar senantiasa sehat dan melakukan pola hidup sehat maupun secara psikis agar memiliki disiplin, kepekaan serta keshalihan sosial.