SUBANG– Gapura gerbang pasar tradisional di sekitar terminal Subang kondisinya sungguh memprihatinkan. Catnya sudah luluh, sedangkan beberapa bagian lainnya menjadi objek vandalisme dan ditumbuhi rumput liar. Keadaan tersebut sontak saja menjadi sasaran kritik dari masyarakat.
Seorang warga, bernama Ari Hidayat, mengaku setiap hari nyaris selalu melewati Jalan Darmodiharjo, kawasan dimana gapura besar sebagai etalase kota itu berdiri. Menurutnya keadaan gapura yang memprihatinkan tersebut membuat malu, sebab jalur tersebut banyak dilalui pengguna jalan dari luar kota.
“Inikan jalur hidup, untuk tujuan pintu tol Cipali. Pasti bukan saja masyarakat Subang aja dong yang lewat, lihat gapura ini pasti bikin malu, huruf-hurufnya saja udah pada jatuh sebagian, pada copot dari kapan, belum ada perbaikan, minimal dicat lagi, dirawat, gitu,” jelasnya pada Pasundan Ekspres, Sabtu (11/5).
Baca Juga:Lebih Dekat, Penerbangan ke Luar Jawa dan Haji Dipindahkan ke Bandara KertajatiKoperasi Jawara Diduga Tipu Ribuan Nasabah, Setor Rp 200.000 Bisa Pinjam Rp 5 Juta
Ada dua gapura besar memang di kawasan Jalan Darmodiharjo. Pertama posisinya tepat setelah pertigaan menuju terminal Subang dari arah Jalan Otista, kemudian yang kedua, masih di Jalan Darmodiharjo, menuju masuk pasar tradisional Sukamelang (belakang terminal).
Menurut warga yang lain, Mamat Sugri menjelaskan bahwa gapura tersebut memang sebagai gapura pasar, terlihat dari tulisan salah satu bagian dari kedua gapura tersebut.
“Ini gapura pasar kalau tidak salah, itu tulisannya saja selamat datang di pasar tradisional, tapi terlepas dari itu memang kondisinya yang tidak terawat mencoreng keindahan kota,” jelasnya.
Menurutnya, Pemda belum serius maksimalkan keberadaan pasar tradisional di belakang terminal. Para pedagang di sana, menurutnya sudah berulangkali mengadakan audiensi, terkait solusi pasar yang sepi pembeli. Namun hasilnya nihil. Kalau sekarang ramai pengunjung, Mamat mengungkapkan itu karena hanya sedang bulan puasa saja.
“Jangankan gapuranya, pasarnya aja gak diurus,” pungkasnya. (idr/man)