Sabar yang sesungguhnya ialah kemampuan untuk mempertahankan kesabaran di tengah ujian-ujian itu. Sabar seperti inilah yang dapat mengundang anak tangga berikutnya yang kita kenal dengan wara’, yakni sikap proteksi diri yang amat tinggi terhadap dosa dan maksiyat. Orang-orang yang berhasil mempertahankan kesabaran sebagai sikap hidupnya maka mereka akan senantiasa bersama dengan Allah Swt. Orang-orang yang sabar akan memperoleh keutamaan-keutamaan dari Allah Swt.
Secara umum, sabar bisa dibagi dalam tiga bagian. Pertama, sabar di dalam melakukan ketaatan, baik ketaatan yang bersifat fardhu atau wajib maupun ketaatan untuk menjalankan sesuatu yang bersifat sunnah. Kedua, sabar di dalam menjauhi dosa dan maksiyat. Ketiga, sabar di dalam menerima cobaan Allah Swt., misalnya cobaan dalam bentuk musibah, kekecewaan, atau penyakit.
Ujung dari setiap kesabaran adalah kebahagiaan. Oleh karena itu kita tidak perlu menjalani hidup ini dengan pesimistis. Kita diminta untuk selalu optimistis dan bekerja sebaik-baiknya:
Baca Juga:Warga Desa Kayuambon Manfaatkan Teknologi Insinerator, Tangani Sampah di Desa Kayu AmbonTuntut Ganti Rugi Rp19 Miliar, PT Ultrajaya Naik Banding
Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. al-Taubah/9:105).